Marak Kritik Akademisi Perguruan Tinggi, Ganjar: Demokrasi Menuju Tepi Jurang

Marak kritik dari kalangan akademisi, Ganjar menilai demokrasi menuju tepi jurang.

Republika/Alfian Choir
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo. Marak kritik dari kalangan akademisi, Ganjar menilai demokrasi menuju tepi jurang.
Rep: Muhammad Noor Alfian Choir Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR – Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo beri respon terkait gelombang para civitas akademik yang menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi demokrasi nasional. 

Baca Juga


"Saya hanya menyampaikan saja demokrasi kita berada pada jurang, maka masyarakat sipil tokoh agama, tokoh masyarakat, mengingatkan termasuk kampus," kata Ganjar ditemui awak media di De Tjolomadoe, Karanganyar, Rabu (7/2/2024). 

Ganjar mengatakan kampus mempunyai mimbar kebebasan. Dan apabila sudah banyak yang menyuarakan keprihatinan atas demokrasi itu adalah lantaran nurani para akademis. 

"Ingat, kampus itu punya kebebasan mimbar akademik maka kalau mereka menyuarakan maka itu pasti nuraninya yang ada, gak mungkin lah orang tua mau dikatakan anda berpihak ini karena elektoral, ini menyakitkan buat mereka. Karena para profesor yang sudah sepuh menyampaikan aku mau cari apalagi kalau soal ini," katanya. 

Ganjar juga mengatakan jika ada narasi tandingan menurutnya hal tersebut telah. Bahkan ia mengatakan menyakitkan jika untuk menunjukkan kebenaran harus membelokkan kejujuran dan fakta. 

"Bahkan ketika ada yang diminta untuk membuat tandingan membuat statemen dukungan pada pemerintah menurut saya telat. Telat dari sisi pikiran, telat dari sisi waktu. Dan membelokkan sebuah kejujuran dan fakta itu akan menyakitkan buat menunjukkan sebuah kebenaran," katanya. 

Ganjar juga sempat menyinggung soal dugaan polisi yang menghubungi Rektor Unika Soegijapranata Ferdinandus Hindarto untuk membuat testimoni video mengapresiasi kinerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ia mengatakan mimbar akademik harusnya dihormati. 

"Dan kebebasan mimbar akademik itu harus kita hormati, Terbukti yang dikatakan rektor Unika kami tidak mau, kami berharap pada sikap ini dan kami netral dan itu adalah sikap yang luar biasa. Sayang indikatornya ada oknum kepolisian yang melakukan temen temen dari kepolisian mari kita jaga Bhayangkara kita agar kemudian tidak tercemari oleh tindakan tindakan. Dan siapapun yang memerintahkan akan menghancurkan institusi ini. Sebagai anak politisi saya tidak terima kalau soal itu," katanya. 

"Ya itulah yang sudah dibantah dan sudah diceritakan dan dari rektor sudah menyampaikan kami tetap netral dan itu ada rilisnya menurut saya itulah sikap independen kampus tiska pernah takut ketika harus menyuarakan kebenaran dan jangan paksakan itu menggunakan instrumen negara," katanya menambahkan.

Pihaknya juga berharap agar kampus tetap bersikap netral dan terus memberikan pencerahan kepada anak bangsa agar demokrasi tak masuk jurang. Menurutnya demokrasi kini telah berada di pinggir jurang. 

"Mudah mudahan kampus tetap netral dan bisa memberikan pencerahan kepada anak anak bangsa agar demokrasi ini tidak masuk ke jurang meskipun sekarang sudah menuju tepi jurang," katanya. 

Sebelumnya, sejumlah perguruan tinggi menyuarakan aspirasinya mencermati situasi sosial politik Indonesia yang terjadi menjelang Pemilu 2024 ini. Mulai dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Indonesia (UII), hingga Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), UIN Suka Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Indonesia dan lain lain.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler