Diusik Houthi di Laut Merah, Kapal AS-Inggris Mesti Tanggung Biaya Asuransi Selangit
Hanya kapal berbendera atau dioperasikan Rusia, Cina, dan Iran yang aman.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Perusahaan AS, Inggris, dan Israel dituntut membayar premi asuransi lebih tinggi hingga 50 persen untuk kapal-kapal mereka yang transit di Laut Merah. Sejumlah perusahaan memilih menghindar dari sana karena serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial.
Kapal yang punya hubungan dengan AS, Inggris, atau Israel membayar premi asuransi atas risiko perang 25-50 persen lebih besar dari kapal lain yang berlayar ke Laut Merah. Hal ini diungkapkan David Smith, dari perusahaan broker asuransi, McGill and Partners.
Dua sumber dari industri asuransi mengungkapkan, kapal yang ada kaitannya dengan AS, Inggris, atau Israel akan dibebani tarif asuransi lebih tinggi bahkan lebih dari 50 persen.
‘’Sejauh ini, kapal-kapal yang memiliki masalah hampir semuanya mempunyai elemen hubungan dengan Israel, AS, atau Inggris,’’ ungkap Marcus Baker, kepala asuransi kargo dan laut di perusahaan pialang asuransi, Marsh, Rabu (7/2/2024).
Baker menuturkan terdapat istilah ‘’exclusionary language’’ untuk menangani kepentingan AS, Inggris, dan Israel. Ini hanya berlaku dalam kondisi tertentu di Laut Merah bukan di tempat lainnya yang risikonya lebih rendah.
Dua sumber menyebutkan sejumlah underwriter atau personel dari perusahaan asuransi yang bertanggung jawab mengevaluasi risiko calon tertanggung, memilih menghindarkan diri untuk mengkover bisnis semacam itu yang risikonya sangat tinggi.
Dalam konteks ini, salah satu insiden paling serius saat sebuah tanker yang dioperasikan perusahaan berbasis di Inggris yang kargonya milik perusahaan komoditas Trafigura, dihantam sebuah rudal Houthi yang menyebabkan kebakaran di kapal tersebut.
Sejumlah sumber di industri asuransi menyatakan, premi risiko perang untuk pelayaran ke Laut Merah kini sekitar satu persen dari nilai kapal dalam sepuluh hari terakhir ini, naik dari tarif sebelumnya 0,7 persen dengan sejumlah potongan yang dilakukan underwriter.
Dalam nilai angka, ini bisa sampai ratusan ribu dolar AS sebagai ongkos tambahan untuk pelayaran tujuh hari. Di sisi lain, kapal-kapal berbendera atau dimiliki Rusia, Cina termasuk Hong Kong dan Iran lebih aman melewati Laut Merah. Houthi tak mengusiknya.
Perusahaan kontainer Israel menjauhi Laut Merah......
Maka kapal-kapal itu juga menambahkan pesan ke profil pelacakan publik yang menegaskan mereka memiliki kru Cina di dalamnya atau tak mempunyai keterkaitan dengan perusahaan AS, Inggris, atau Israel. Demikian terungkap dari data pengapalan.
Perusahaan kontainer Israel, Zim memutuskan menjauhkan kapalnya dari Laut Merah. Perusahaan keamanan maritim Inggris, Dryad Global menyarankan kliennya menghindari kawasan Laut Merah hingga ada pemberitahuan lebih lanjut.
‘’Saya kaget, kapal berbendera atau dioperasikan AS dan Inggris masih transit di Laut Merah dan Teluk Aden. Mereka termasuk kategori paling berisiko yang potensial diserang,’’ kata CEO Dryad Global, Corey Ranslem.
Ia menambahkan, hanya kapal-kapal dari Iran, kapal yang dioperasikan atau berbendera Rusia dan Cina yang aman melewati kawasan itu.’’Houthi tak akan menyerang kapal berbendera atau berasosiasi dengan Rusia dan Cina, serta Iran,’’ ungkap Ranslem.
Houthi menegaskan selama perang Gaza belum berakhir, yang berarti Israel terus memborbadir Gaza, maka Laut Merah belum akan aman. Serangan Houthi ke kapal-kapal milik AS, Inggris, dan Israel bakal terus berlangsung.
Serangan Houthi sejak November 2024 membuat lalu lintas perdagangan antara Asia dan Eropa melambat dan menjadi alarm bagi negara-negara besar. Aksi mereka merupakan wujud solidaritas terhadap rakyat Palestina yang jadi korban genosida Israel.
Demi menghindari risiko serangan Houthi, banyak perusahaan memutuskan mengambil rute alternatif, yakni Tanjung Harapan, Afrika. Ada pula yang masih tetap melewati Laut Merah. Kapal-kapal yang memiliki kaitan dengan AS, Inggris, dan Israel.