Prefektur Shizuoka Turut Batasi Pendakian Malam Hari di Gunung Fuji, Ada Apa?

Gunung Fuji merupakan gunung tertinggi di Jepang.

EPA-EFE/JIJI PRESS JAPAN OUT EDITORIAL USE ON
Diamond Fuji terlihat dari gedung bertingkat di Tokyo, Jepang, 15 November 2020. Fenomena Diamond Fuji adalah saat matahari berada tepat di puncak Gunung Fuji.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, SHIZOUKA -- Pemerintah Prefektur Shizuoka pada Selasa (13/2/2024) mengumumkan akan membatasi pintu masuk ke jalan setapak di Gunung Fuji setelah pukul 4 sore mulai musim panas ini. Hal itu dilakukan guna mengurangi kepadatan pengunjung dan meningkatkan keselamatan, menyusul pengumuman serupa dari Prefektur Yamanashi.

"Karena adanya pembatasan di Prefektur Yamanashi, lebih banyak pendaki mungkin akan masuk ke jalur di sisi Shizuoka. Kami akan memulai dengan apa yang bisa kami lakukan," kata seorang pejabat Shizuoka.

Kebijakan tersebut akan dijadikan sebagai langkah uji coba untuk mencegah praktik pendakian yang tidak aman seperti "panjat peluru". Ini merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan aktivitas mendaki ke puncak gunung untuk menyaksikan matahari terbit sekaligus tanpa tidur semalaman.

Baca Juga


Gunung Fuji merupakan gunung tertinggi di Jepang dengan ketinggian 3.776 meter. Pendaki biasa menjelajahinya dengan melintasi dua prefektur utama.

Tiga jalur di sisi Shizuoka, yakni Subashiri, Gotemba, dan Fujinomiya akan ditutup pada malam hari, kecuali bagi orang yang menginap di penginapan pegunungan. Pemerintah prefektur berencana untuk menegosiasikan perinciannya dengan kotamadya terkait.

Pemerintah daerah mengalokasikan 52,50 juta yen (Rp 5,48 miliar) untuk pengeluaran yang relevan berdasarkan rancangan anggaran untuk tahun fiskal 2024, termasuk untuk mengembangkan sistem online untuk reservasi penginapan di pegunungan.

Rencananya, Prefektur Yamanashi akan memasang gerbang di sisi stasiun ke-5 jalur Yoshida di sisinya untuk menutup rute antara jam 4 sore dan jam 3 pagi, kecuali untuk tamu penginapan. Jumlah pendaki pun dibatasi sebanyak 4.000 orang per hari.

Pemerintah setempat juga berencana menarik 2.000 yen (Rp 209 ribu) per pendaki untuk menggunakan jalur tersebut mulai musim panas ini (Juli 2024). Jalur Yoshida digunakan oleh lebih banyak pendaki karena biasanya dibuka pada tanggal 1 Juli, lebih awal dibandinkan jalur di sisi Shizuoka yang dibuka dari tanggal 10 Juli.

Adapun pada musim pendakian tahun 2023 hingga 10 September, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mencatat terdapat 137.236 kunjungan menggunakan jalur Yoshida. Sementara itu, di jalur Fujinomiya terdapat 49.545 kunjungan, diikuti oleh 19.062 dan 15.479 kunjungan melalui jalur Subashiri dan Gotemba.

sumber : Antara, Kyodo-OANA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler