Cerita Pihak Sekolah: Jarang Bertemu, Dante Amat Bahagia Menginap di Rumah Angger Dimas

Pihak sekolah menyebut Dante senang karena kangen jarang bertemu bapak

Republika/Thoudy Badai
Jurnalis mengambil gambar batu nisan jenazah anak dari artis Tamara Tyasmara Raden Andante Khalif Pramudityo alias Dante (6 tahun)
Rep: Ali Mansur Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pihak sekolah turut menyoroti kasus kematian Raden Andante Khalif Pramudityo alias Dante (6 tahun) anak dari artis Tamara Tyasmara dan Angger Dimas di kolam renang Palem di Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Sabtu (27/1/2024) lalu.


Ketua Yayasan & Parents Relation Janitra Bina Manusa School, Wani Siregar pun memaparkan kondisi Dante dalam tiga bulan terakhir, termasuk terkait dengan kegiatan renangnya. 

“Ia bukan termasuk anak yang mempunyai inisiatif untuk spontan bercerita, namun ada beberapa kali Dante pernah bercerita ketika bertemu dengan ayahnya, tidak ada cerita yang spesifik, tapi Dante hanya cerita bahwa‘Dante habis main sama Bapak dan menginap di rumah Bapak'. Dante jarang bertemu jadi Dante suka kangen, dan Dante sekarang senang banget,” kenang Wani dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Jumat (16/2/2024).

Wani menyebut, meski nampak ceria, Dante bukan anak yang banyak berbicara. Kecuali jika ada topik pembicaraan temannya yang menarik perhatiannya. Dante tidak jahil ataupun agresif dan sering kali memilih diam jika ada konflik kecil dengan temannya. Kata dia, jika ada yang merebut mainan pada saat sedang digunakan, Dante akan mengalah dan mengambil mainan yg lain ketimbang konfrontasi atau mencari bantuan dari guru. 

“Dante berteman dengan siapa saja dan menjadi teman bermain favorit untuk teman-teman perempuan sekelasnya, lantaran pembawaan Dante yang baik, perhatian, dan cenderung lebih tenang,” ujar Wani. 

Sementara itu, terkait kegiatan berenangnya, Wani menyampaikan bahwa Dante memiliki masalah ketakutan dan masih tidak percaya diri. Saat awal kala sesi renang baru diadakan di sekolah Dante sangat ketakutan dan tidak mau lepas dari pelukan gurunya. Lalu setelah beberapa kali sesi renang dilaksanakan, lambat laun Dante mulai menunjukkan kemauannya untuk mengikuti sesi berenang. 

“Meski begitu Dante masih terlihat kurang percaya diri untuk berenang. Walaupun sudah ada beberapa coach di dalam kolam dan diberikan panduan dari pelatihnya, maupun dengan menggunakan swimming board dan floaties pun,” kata Wani menerangkan.

Lanjut Wani, Dante memilih untuk tetap duduk di pinggir kolam sambil melihat atau observasi keadaan kolam dan kondisi teman-temannya yang sedang bermain dan belajar renang di dalam kolam dengan coachnya, sebelum akhirnya memutuskan siap dan mau untuk masuk ke air. 

Maka Dante selalu jadi giliran paling akhir untuk melakukan aktivitas rutin dalam sesi renang. Namun memang, kata Wani, metode sekolahnya bukan dengan paksaan, melainkan lebih kepada dorongan yg menguatkan dan dukungan.

“Dante tiga bulan terakhir hampir selalu absen bertepatan dengan  jadwal sesi renang kelasnya di sekolah. Di kolam sekolah Dante tidak pernah mengalami hal buruk,” kata Wani.

Namun, untuk rasa takut dan tidak nyamannya Dante terhadap kolam, kata Wani, karena Dante pernah mengalami insiden tenggelam saat berenang di hotel. Hal itu berdasarkan keterangan dari ibunya, Tamara Tyasmara.

Kemudian selama tiga bulan terakhir di sekolah hingga berpulangnya Dante, ia hampir tidak pernah lagi mengikuti sesi renang di sekolah karena selalu absen atau tidak hadir di saat ada jadwal renang untuk kelasnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler