Warganya Suka Makan Daging Babi dan Minum Alkohol, Korsel Mulai Lirik Pasar Makanan Halal
Beberapa produsen makanan raksasa di Korea Selatan mulai meluncurkan produk halal.
REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah berhasil memopulerkan K-pop di berbagai belahan dunia, Korea Selatan (Korsel) kini mulai melirik pasar makanan halal. Langkah ini dinilai cukup mengejutkan, mengingat Korea Selatan dikenal sebagai negara yang sangat menggemari dua asupan non halal yakni minuman beralkohol dan daging babi.
Minat Korea Selatan terhadap industri makanan halal tercermin lewat partisipasi mereka dalam Malaysia International Halal Showcase pada September 2023. Kehadiran Korea Selatan dalam acara tersebut merupakan hal yang tak biasa karena umumnya negara yang berpartisipasi adalah negara-negara dengan penduduk Muslim yang besar seperti Indonesia dan Kuwait.
Oleh karenanya, banyak pengunjung yang penasaran dengan produk-produk yang dihadirkan oleh kios Korea Selatan dalam acara tersebut. Beberapa produk yang dibawa oleh Korea Setan dalam Malaysia International Halal Showcase adalah camilan rumput laut dan pembalut.
"Pasar makanan halal adalah laut biru dengan potensi besar untuk bertumbuh," ujar Kepala Divisi Ekspor Makanan dari Kementerian Pertanian, Pangan, serta Urusan Pedesaan Korea Selatan, Lee Yong-jik, seperti dilansir Al Jazeera pada Ahad (18/2/2024).
Mengasosiasikan produk dan makanan halal dengan budaya Korea Selatan yang homogen mungkin bukan hal yang mudah. Seperti diketahui, populasi Muslim di Korea Selatan kurang dari 200 ribu orang atau di bawah 0,4 persen dari total populasi.
Akan tetapi, permintaan makanan Korea yang halal tak hanya berasal dari dalam negeri saja. Popularitas K-pop yang meningkat pesat membuat banyak Muslim di berbagai negara, terutama negara-negara Asia Tenggara, menginginkan adanya akses terhadap produk halal Korea. Besarnya permintaan ini dianggap sebagai sebuah peluang besar yang sangat potensial oleh para eksportir Korea.
Pemerintah Korea Selatan juga tampak antusias untuk mendorong bertumbuhnya bisnis industri halal dengan memberikan bantuan. Bantuan ini berupa layanan analisis bahan makanan, subsidi untuk biaya sertifikasi, hingga acara promosi untuk menghubungkan pembeli dan pemasok.
Pada 2015, kota Daegu di Korea Selatan telah menjadi pelopor dengan menggelar Proyek Aktivasi Makanan Halal. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah perushaan tersertifikasi halal di Daegu hingga 10 kali lipat dan meningkatkan ekspor makanan halal hingga tiga kali lipat dengan nilai 200 juta dolar AS (Rp 3,131 triliun) pada 2028.
Belum lama ini, Walikota Daegu Hong Joon-pyo juga sempat membahas soal pasar makanan halal. Dia menyatakan bahwa pasar makanan halal adalah peluang yang tak boleh diabaikan.
Beberapa produsen makanan raksasa di Korea Selatan, seperti Lotte Foods, CJ CheilJedang, Daesang, serta Nongshim juga mulai meluncurkan beragam lini produk makanan halal. Sebagian di antaranya adalah kimchi dan kue beras bersertifikat halal.
Tak hanya itu, pada tahun lalu Korea Selatan mulai mengekspor daging sapi khas Korea, Hanwoo, yang telah bersertifikat halal. Ekspor ini dilakukan untuk pertama kalinya pada tahun lalu setelah mendapatkan dukungan dari pejabat urusan Islam di Malaysia.
Di sisi lain, salah satu pemimpin manufaktur makanan Korea Selatan, Samyang, juga telah mengekspor produk halal ke 78 negara. Salah satu produk mereka yang paling fenomenal dan terkenal adalah mi instan Buldak Ramen.
Penjualan produk halal dari Samyang berhasil meraup pemasukan yang sangat besar. Per 2022 misalnya, penjualan produk halal Samyang telah mencapai 200 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,131 triliun. Angka tersebut telah mencakup 45 persen dari total ekspor mereka.
Selain makanan halal, Korea Selatan juga mulai menyelami industri kosmetik halal. Manufaktur kosmetik Cosmax yang memiliki kantor pusat di Seoul misalnya, telah memproduksi produk halal pada pabrik mereka di Indonesia sejak 2016.