Mukmin akan Alami Enam Macam Rasa Ketakutan
Mukmin akan terus istikamah beribadah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam kitab Nashaihul Ibad menyampaikan perkataan sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Utsman bin Affan Radiyallahu anhu. Utsman bin Affan menjelaskan bahwa seorang mukmin pasti memiliki enam macam rasa ketakutan.
Utsman bin Affan Radhiayalahu anhu berkata, "Sesungguhnya orang mukmin akan menghadapi enam macam rasa takut. Yaitu pertama, takut kepada Allah, jangan-jangan dicabut imannya. Kedua, takut kepada para malaikat penjaga, jangan-jangan dicatat hal-hal yang dapat menyingkap kejelekannya nanti pada hari kiamat. Ketiga, takut kepada setan, jangan-jangan membatalkan amal perbuatannya."
"Keempat, takut kepada malaikat pencabut nyawa, jangan-jangan ia mencabut nyawanya di saat sedang lengah. Kelima, takut kepada dunia, jangan-jangan membuatnya tertipu dan lengah dari akhirat. Keenam, takut kepada keluarga serumah dan sanak famili, jangan-jangan membuatnya sibuk, sehingga lengah dari mengingat Allah." (Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi al-Banteni)
Utsman bin Affan berpendapat bahwa setiap orang yang beriman itu pasti akan mengalami enam rasa ketakutan.
Pertama, takut dicabut keimanannya oleh Allah SWT ketika dicabut nyawanya dari dalam dirinya. Sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu Mas'ud Radhyalahu anhu bahwa ia pernah berdoa sebagai berikut.
"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu iman yang tidak kembali murtad, kenikmatan yang tiada habis, bidadari bermata jeli yang tiada hentinya, dan menemani Nabi-Mu Muhammad SAW di surga yang tertinggi lagi kekal abadi."
Kedua, takut kepada malaikat pencatat amal. la takut jangan-jangan malaikat itu telah mencatat amal perbuatannya yang dapat membuatnya malu pada hari kiamat (nanti), dalam hal ini Rasulullah SAW telah bersabda sebagai berikut.
"Terbukanya kejelekan di dunia, itu lebih ringan daripada terbukanya kejelekan di akhirat." (HR Imam Thabrani)
Lihat halaman berikutnya >>>
Imam Nawawi juga mengatakan, "Aib yang terdapat pada diri, terbuka di dunia hingga membuatnya dipermalukan, itu lebih ringan daripada menyembunyikan aib itu sampai pada hari kiamat, karena pada hari kiamat (aib itu) akan diketahui oleh semua makhluk."
Oleh sebab itu, seorang sahabat mengakui dosanya kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau berkenan menghukumnya dan dia tetap tidak mau mencabut pengakuannya, meskipun Nabi Muhammad SAW telah mengisyaratkan agar mencabut pengakuannya. Karena sahabat itu menyadari terbukanya kejelekan di dunia dengan menjalani hukuman, itu lebih ringan daripada terbukanya aib di akhirat.
Ketiga, takut kepada setan, jangan-jangan ia membatalkan amalnya (mengajaknya untuk berbuat maksiat).
Keempat, takut kepada malaikat maut, jangan-jangan ia mencabut nyawanya ketika dalam keadaan lupa kepada Allah.
Kelima, takut kepada dunia, yakni takut ditipu dengan melupakan akhirat dan berbagai kedasyatannya.
Keenam, takut kepada keluarga yang wajib dibiayai kebutuhannya. Yakni takut disibukkan oleh mereka sehingga ia tidak ingat lagi kepada Allah dan tidak taat kepada-Nya.