Amalan Utama di Malam Nisfu Syaban
Membaca Surat Yasin pada malam separuh bulan Syaban dianggap sebagai bentuk ibadah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Lembaga Dakwah PBNU KH Abdul Muiz Ali menyampaikan penjelasan ihwal fadhilah bulan Sya'ban dan amalan apa saja di malam Nisfu Syaban. Hal ini mengacu pada salah satu tradisi masyarakat Indonesia, dan mungkin di beberapa negara lain, yaitu membaca Surat Yasin selepas sholat Magrib atau Isya pada malam Nisfu Syaban.
"Membaca Surat Yasin pada malam separuh bulan Syaban dianggap sebagai bentuk ibadah yang sangat dianjurkan karena diyakini memiliki keutamaan dan pahala yang besar," jelasnya.
BACA JUGA: Surat Yasin Lengkap 83 Ayat Arab, Latin, dan Terjemahan
Biasanya Surat Yasin dibaca tiga kali dengan beberapa tahapan niat. Yasin pertama diniatkan untuk mendapatkan umur yang berkah. Pembacaan Surah Yasin yang kedua diniatkan agar terhindar dari marabahaya. Adapun pembacaan Surah Yasin yang ketiga diniatkan agar tidak menggantungkan segala urusan kepada selain Allah.
Kiai Muiz memaparkan, tradisi ibadah di bulan Syaban seperti puasa sunnah, dzikir, membaca sholawat, termasuk membaca Alquran Surah Yasin tiga kali, tentu merujuk pada perintah keumuman anjuran ibadah. Baik di luar bulan Sya'ban ataupun di dalam bulan Sya'ban.
Kiai Muiz kemudian mengutip apa yang dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Darwisy, sebagai berikut:
وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أهْلِ الصَّلاَحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ قِيْلَ هُوَ الْبُوْنِى وَلاَ بَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ (أسنى المطالب فى أحاديث مختلفة المراتب ص 234)
"Adapun pembacaan Surat Yasin pada malam Nishfu Sya'ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama. Konon ia adalah Syeikh Al Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk."
Berdasarkan hitungan Kalender Hijriyah 1445 H, maka malam separuh (nishfu) Syaban bertepatan pada Sabtu malam Ahad 15 Sya'ban 1445 H atau 24 Februari 2024 M.
Imam Syafii dalam kitab Al-Umm menjelaskan...
Imam Syafii dalam kitab Al-Umm menjelaskan tentang keutamaan malam Nisfu Sya'ban, sebagaimana berikut ini:
خَمْسُ لَيالٍ لا تُرَدُّ فِيهِنَّ الدَّعْوَةُ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبانَ وَلَيْلَةُ الجُمُعَةِ وَلَيْلَةُ الفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ
"Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak pada malam-malam itu, yaitu malam pertama di bulan Rajab, malam pertengahan di bulan Sya'ban, malam Jumat, malam (Idul) Fitri dan malam Idul Adha."
Dalam sebuah hadits juga disebutkan mengenai keistimewaan malam Nisfu Sya'ban, sebagai berikut:
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَتَهَا، وَصُومُوا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ "[البيهقي، أبو بكر، شعب الإيمان، ٣٥٤/٥]
"Apabila (tiba) malam pertengahan pada bulan Sya’ban (malam Nisfu Sya'ban), maka sholatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman, 'Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku?, maka Aku akan mengampuninya. Adakah orang yang meminta rezeki? Maka Aku akan memberinya rezeki. Adakah orang yang meminta kepada-Ku?, maka akan Aku beri. Adakah yang begini, dan adakah yang begini, hingga terbit fajar'." (HR. Baihaqi)
Syaikh Al-Albani dalam kitabnya Shahih Al-Targhib wa Al-Tarhib juga menganggap shahih hadits yang terkait keutamaan malam Nisfu Syaban. Berikut haditsnya.
Keutamaan malam nisfu Sya'ban
1026 - (5) [حسن صحيح] وعن معاذ بن جبل رضي الله عنه عن النبيِّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قال: "يطَّلع اللهُ إلى جميعِ خلقِه ليلةَ النصفِ من شعبانَ، فيغفرُ لجميعِ خلقه إلا لمشركٍ، أو مُشاحن". رواه الطبراني وابن حبان في "صحيحه".
"Sesungguhnya Allah memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Syaban, kemudian Dia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyahin (ahli bid'ah atau orang yang menebar kebencian antar sesama umat Islam)." (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban)