Film Dokumenter Palestina Juarai Berlinale, Jurnalis Kolaborator Asal Israel Diancam Mati
No Other Land adalah karya kolaboratif antara warga Palestina dan Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- No Other Land berhasil meraih penghargaan Film Dokumenter Terbaik di acara Berlin Film Festival. Sinema tersebut menggambarkan tentang mengungsinya penduduk Palestina dari desa mereka di Tepi Barat karena terus menjadi sasaran kekerasan pemukim ekstremis dan tentara Israel.
Salah satu sutradara penggarap No Other Land, Basel Adra, mengucapkan terima kasih kepada juri dan Festival Film Berlin atas penghargaan yang dianugerahkan kepada karyanya.
"Saya di sini merayakan penghargaan tersebut, tapi juga sangat berat bagi saya untuk merayakannya ketika ada puluhan ribu rakyat saya yang dibantai, dibantai Israel di Gaza," ujar Adra pada Sabtu (25/2/2024) malam waktu setempat, dikutip laman Anadolu Agency.
"Saya meminta satu hal kepada Jerman, karena saya berada di Berlin di sini, untuk menghormati seruan PBB dan berhenti mengirimkan senjata ke Israel," kata Adra yang mendapat tepuk tangan meriah dari hadirin di Berlinale Palast.
Adra tidak sendiri menggarap No Other Land. Dia turut dibantu seorang jurnalis bernama Yuval Abraham yang berkewarganegaraan Israel. No Other Land adalah karya kolaboratif antara warga Palestina dan Israel.
Abraham mengaku mendapat ancaman mati sejak stasiun TV Israel Channel 11 menayangkan potongan pidatonya di Berlinale. Isi pidatonya dianggap anti-Semit.
"Saya tidak akan mengubah pernyataan saya," kata Abraham menyikapi ancaman terhadapnya.
Film No Other Land menggambarkan bagaimana warga Palestina terpaksa mengungsi dari sebuah desa di Tepi Barat. Mereka pergi menyusul semakin intensnya serangan pemukim ekstremis Yahudi dan tentara Israel.
Pengungsian warga desa tempat Basel Adra berasal turut tercakup dalam film tersebut. Film dokumenter tentang kehidupan dan perjuangan melawan pendudukan Israel tersebut turut memenangkan Berlinale’s Panorama Audience Award.