KPPU Sebut Harga Beras Naik Jadi Keseimbangan Baru

Defisit suplai beras dan kondisi cuaca disebut jadi penyebab naiknya harga beras.

Republiika/Lilis Sri Handayani
Seorang pedagang beras di Pasar Mambo Indramayu sedang menimbang beras, Jumat (23/2/2024). Harga beras kembali naik, baik kualitas premium maupun medium.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) terus memonitor perkembangan harga beras. Anggota KPPU Hilman Pujana mengatakan kenaikan harga beras bukan hanya baru terjadi pada saat ini.

"Kita melihat pergerakan harga naik ini sebetulnya bukan cuma sekarang, kalau kita tilik di tahun kemarin juga mengalami kenaikan," ujar Hilman seusai focus group discussion (FGD) bertajuk "Gejolak Harga Pangan Terutama Beras: Penyebab, Dampak dan Solusi" di kantor KPPU, Jakarta, Rabu (28/2/2024).

Dalam FGD tersebut, KPPU menemukan fenomena kurva harga beras yang naik untuk kemudian mencari keseimbangan baru atau harga baru. Setelah mendapat harga baru, lanjut Hilman, kurva harga cenderung melandai, sebelum kembali naik.

"Ini selalu menimbulkan keseimbangan baru nih, harga baru. Sudah naik, nanti ada harga baru, setelah landai bukannya turun, tapi sudah ada keseimbangan (harga) baru," ucap Hilman.

Dalam analisis awal, Hilman mengatakan, defisit suplai beras dan kondisi cuaca memiliki andil dalam naiknya harga beras. Hal ini ditambah meningkatnya kebutuhan lantaran adanya sejumlah hari besar dan juga pesta demokrasi.  

"Ini sedikit banyak tentunya akan meningkatkan adanya permintaan di pasar," kata Hilman.

Hilman menyampaikan KPPU telah menerjunkan tim untuk investigasi dugaan pelanggaran persaingan usaha yang menyebabkan harga beras melonjak. Hilman mengatakan KPPU saat ini masih mengumpulkan informasi dan mencari alat bukti dukung yang terkait adanya pelanggaran tersebut.  

"(Targetnya) secepatnya, kita minta tim fokus melihat apakah memang perlu ada penyesuaian secara ekonomi atau tidak," ucap Hilman.

Hilman mengatakan KPPU juga mendalami rantai pasok yang terjadi pada beras, mulai dari gabah, padi, dan beras jadi. Hilman menyebut adanya persaingan antara penggilingan dengan skala kecil dan penggilingan yang besar dalam mendapatkan gabah.

"Jadi penggilingan-penggilingan ini bersaing untuk dapat gabah. Yang menarik ada istilahnya gabah 'jalan-jalan', jadi rebutan karena mungkin masa panen bergantian. Tadi ada penggilingan di satu tempat tapi dapat berasnya dari Sumsel atau Aceh. Ini juga sedang dalam proses kajian," kata Hilman.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler