Meski Kuasai Masjid Al-Aqsa Zionis Israel tak Segera Merobohkannya, Tunggu Sapi Merah?
Israel menunggu kedatangan sapi merah murni dari tanah yang mereka klaim
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Al-Qassam yang merupakan sayap bersenjata gerakan Hamas, pada 14 Januari 2024 lalu, mengisyaratkan bahwa sapi merah Israel sudah siap. Lantas apa itu sapi merah Yahudi dan bagaimana kisahnya?
Jamak diketahui, Zionis Yahudi berusaha menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa tanpa berani masuk ke dalam masjid itu sendiri. Alasan ini ternyata berkaitan dengan “Sapi Merah”.
Sapi merah, atau dalam bahasa Ibrani disebut "Bara Aduma", adalah sapi yang ditunggu-tunggu kelahirannya oleh bangsa Yahudi untuk merobohkan Masjid Al-Aqsa dan membangun Kuil Ketiga.
Sapi merah ini memiliki bulu yang benar-benar merah. Bahkan tidak ada sehelai bulu pun yang berwarna lain, kecuali merah. Sapi ini adalah betina, belum hamil, dan belum diperah. Sapi ini lahir secara alami dengan warna merah, dan dibesarkan berdasarkan Ardh Israil (tanah Israel).
Bila sudah berumur dua tahun, dapat digunakan dalam proses penyucian yang harus dilakukan di Bukit Zaitun Yerusalem, seberang Masjid Al-Aqsa. Disembelih dengan cara dan ritual khusus, kemudian dibakar dengan ritual khusus. Lalu abunya digunakan dalam proses menyucikan orang-orang Yahudi.
Sapi merah ini dipersembahkan kepada para imam untuk disembelih setelah ditambahkan kayu cedar, hisop, wol, dan benang kirmizi yang diwarnai, sebelum sisa abunya dimasukkan ke dalam bejana berisi air mengalir murni atau air hujan.
Menurut kepercayaan Yahudi, air dipercikkan dengan menggunakan sekelompok daun hisop pada orang yang menyentuh sapi untuk membersihkannya dari kotoran. Pada hari ketiga dan ketujuh setelah jenazah sapi dibakar, orang yang menyembelih sapi tersebut membasuh dirinya dengan air mengalir untuk bersuci dari najis sapi tersebut.
Pertanyaannya kemudian, mengapa umat Yahudi menunggu kemunculan sapi merah agar bisa masuk Masjid Al-Aqsa? Kepala Rabbi Israel melarang orang Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsa. Ini adalah fatwa lama yang didasarkan pada gagasan tentang kenajisan orang mati.
Hukum Yahudi yang diadopsi oleh Kepala Rabbi mensyaratkan kesucian umat sebelum mereka diizinkan memasuki Masjid Al-Aqsa yang diberkati, yang mereka ungkapkan dengan mengucapkan, "ash shu'uud ilaa jabal al ma'bad" (kenaikan bukit bait suci).
Agar umat Yahudi dapat mencapai kesucian, mereka harus menunggu kemunculan seekor sapi merah yang bebas dari kecacatan atau segala hal yang buruk.
Bagi umat Yahudi, ini penting dalam meramalkan bagaimana akhir zaman nanti. Sehingga membuka jalan bagi percepatan pembongkaran Masjid Al-Aqsa dan membuka jalan bagi pembangunan yang disebut Kuil Ketiga.
Hal itulah yang tertuang dalam kitab Sifr Al 'Adad (Book of Numbers). Ini adalah salah satu kitab suci di dalam Tanakh dan Perjanjian Lama. Tanakh dalam bahasa Ibrani adalah singkatan dari Torah, Nebiim, Ketubim (ta, nun dan kho). Inggrisnya ialah The Hebrew Bible.
Tanakh dianggap sebagai salah satu dari lima kitab pertama yang dikaitkan dengan Musa, dan sapi merah ini dianggap merupakan bagian dari isi Taurat:
"هذه فريضة الشريعة التي أمر بها الرب قائلاً: كلم بني إسرائيل أن يأخذوا إليك بقرة حمراء صحيحة لا عيب فيها، ولم يعل عليها نيرٌ".
"Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan Tuhan, yang berkata, 'Bicaralah kepada bani Israel untuk membawakan kepadamu seekor lembu betina merah yang tidak memiliki aib, yang tidak dipasangi kuk.”
Karena itu, para rabi Yahudi menganggap sapi merah sebagai salah satu rahasia Taurat, dan abunya akan menyucikan orang Yahudi dari dosa dan najis. Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa selama lebih dari 2.000 tahun, seekor sapi merah dengan spesifikasi seperti itu belum pernah dilahirkan.
Kemunculan sapi...
Kemunculan sapi merah tidak hanya penting bagi orang Yahudi, tetapi juga bagi umat Kristen pengikut sekte evangelis, yang menandai akhir zaman dan kembalinya Yesus ke bumi.
Ketika orang-orang Yahudi menunggu kemunculan sapi ini, pemerintah mereka mempunyai rencana lain dengan mencari bantuan dari American Temple Institute, yang telah mengabdikan dirinya sejak didirikan pada tahun 1987, untuk menemukan sapi tersebut. Institusi itu memperoleh dana sumbangan besar dari Zionis lokal dan Kristen Evangelis.
Hal itulah yang dimaksudkan oleh Juru Bicara Brigade Al-Qassam Abu Ubaidah. Dia menyampaikan, organisasi paling terkemuka yang mendukung American Temple Institute untuk mendapatkan Sapi Merah adalah BUNA dan Institut Mikdash.
BUNA adalah organisasi Israel yang terdiri dari umat Kristen evangelis dan sayap kanan, dipimpin oleh Tzachi Memo. Sedangkan Institut Mikdash dipimpin oleh Rabbi Yisrael Ariel, yang merupakan sponsor spiritual Menteri Itamar Ben Gvir.
Pada 2022, ada 5 ekor sapi yang dinominasikan sebagai sapi yang diharapkan dikirim dari negara bagian Texas, Amerika, yang dianggap sebagai salah satu pasar peternakan sapi terbesar di dunia, ke sebuah peternakan rahasia milik institut tersebut di kota Baisan, sebelah utara dari Lembah Yordan.
Namun laporan dari Hebrew Channel 12 menimbulkan kegaduhan besar, terutama di kalangan Kepala Rabbi Israel. Sebab, salah satu syarat sapi merah itu adalah dilahirkan di Ardh Israil atau Tanah Israel, dan bukan didatangkan dari Amerika.
Laporan tersebut menyatakan bahwa pemerintah Israel memberikan tindakan luar biasa terhadap kelima sapi itu. Karena tidak melakukan pemeriksaan wajib dan tidak memasang segel khusus sapi pada mereka.
Beberapa orang menganggap pembelian lima ekor sapi ini oleh Israel merupakan awal dari implementasi rencana Israel untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsa dan membangun kuil suci di atas reruntuhannya.
Mereka bertujuan membangun sebuah menorah atau kandil emas raksasa berdasarkan Taurat menurut mereka, dengan berat setengah ton meliputi 45 kilogram emas 24 karat.
Baca juga: Prasasti Ini Ungkap Kebenaran Alquran tentang Bangsa Samud, Aad, dan Iram
Menorah ini terletak di alun-alun pusat Kawasan Yahudi di Kota Tua Yerusalem, dan siap dinyalakan di Bait Suci yang dibangun kembali.
Sementara itu, Rabbi Yitzhak Mamo mengatakan, pihaknya berencana mengadakan upacara Paskah pada tahun 2024 untuk menyembelih anak sapi impor, dengan asumsi tidak ada cacat pada anak sapi tersebut.
Mamo mengatakan telah membeli sebidang tanah yang menghadap ke Temple Mount (Masjid Al-Aqsa) 12 tahun lalu, dengan harapan dapat digunakan khusus untuk upacara penyembelihan dan memulai persiapan pembangunan Kuil Ketiga.
Sumber: arabicpost