Madain Saleh dan Bukti Ilmiah Eksistensi Umat Nabi Saleh
Nabi Saleh Alaihissalam diutus kepada kaum Samud.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Saleh Alaihissalam diutus kepada kaum Samud untuk memperingatkan kaum tersebut agar tidak menyekutukan Allah. Agar kaum Samud kembali ke jalan yang benar dan baik, serta hanya menyembah kepada Allah Yang Maha Esa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَآ اِلٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ فَاِذَا هُمْ فَرِيْقٰنِ يَخْتَصِمُوْنَ
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus kepada (kaum) Samud saudara mereka (sesuku), yaitu Saleh (yang menyeru), “Sembahlah Allah!” Tiba-tiba mereka (menjadi) dua golongan yang bermusuhan. (QS An-Naml Ayat 45)
Ayat 45 dari Surat An-Naml ini menerangkan bahwa Allah telah mengutus Nabi Saleh kepada kaum Samud yang berdiam di al-Hijr, suatu daerah pegunungan batu yang terletak antara Wadil Qura dan Syam. Nabi Saleh masih termasuk keturunan Samud, sehingga berarti ia diutus kepada kaumnya sendiri. Nabi Saleh menyeru kaumnya yang menyembah sesuatu di samping Allah atau menyekutukan Allah, agar hanya menyembah Allah saja, Tuhan Yang Maha Esa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ اَنَّا دَمَّرْنٰهُمْ وَقَوْمَهُمْ اَجْمَعِيْنَ
Perhatikanlah bagaimana akibat tipu daya mereka bahwa sesungguhnya Kami membinasakan mereka dan semua kaumnya. (QS An-Naml Ayat 51)
Ayat 51 dari Surat An-Naml ini menyuruh kaum Muslimin agar memikirkan kisah Nabi Saleh dan kaumnya. Kepada kaum Nabi Saleh, Allah menimpakan azab yang menghancurkan mereka sampai ke akar-akarnya (‘azb isti’ṣāl). Azab itu sebagai akibat kedurhakaan mereka kepada Nabi Saleh, dan tipu daya mereka untuk membinasakan Nabi itu dan orang-orang yang beriman besertanya. Mereka dibinasakan Allah dengan sambaran petir yang dahsyat yang tiada terkira.
Bukti Ilmiah Eksistensi Kaum Samud
Eksistensi kaum Samud dapat dibaca dalam Prasasti Sargon II yang berhuruf Hymarite dan terbaca sebagai Ta-mu-di. Prasasti Sargon II berumur sekitar 800 sebelum Masehi (SM), ditemukan di wilayah Suriah Utara.
Dalam Prasasti Ebla yang lebih tua umurnya dibanding Prasasti Sargon II, yaitu sekitar 2500 SM atau 4500 tahun yang lalu, eksistensi kaum Samud tertulis dalam huruf Eblaite, dan terbaca sebagai Shamutu.
Madain Salih (Al-Hijr atau Hegra) adalah kota purba yang terletak sekitar 225 km barat laut kota Madinah (Arab Saudi), diperkirakan sebagai peninggalan sisa-sisa kaum Samud. Para arkeolog masih meneliti umur kota purba itu dan meneliti prasasti-prasasti yang ada di sana.
Secara tradisional masyarakat di sekitar Madain Salih menganggap kota purba itu sebagai tempat yang dahulu menjadi permukiman kaum Samud.
Alquran dan hadits Rasulullah SAW menceritakan kisah kaum Samud yang bermukim di wilayah Madain Salih sekitar 3000 tahun SM.
Diriwayatkan, dalam ekspedisi ke Tabuk, Nabi Muhammad SAW dan para sahabat melewati wilayah Madain Salih. Beliau berpesan kepada mereka untuk tidak mengkonsumsi dan mengambil bekal air dari sumber air di wilayah Madain Salih, karena dahulunya adalah tempat unta Nabi Salih minum. Rasulullah SAW juga berpesan kepada para sahabat agar tidak memasuki puing-puingnya.
إِنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا نَزَلَ الْحِجْرَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ أَمَرَهُمْ أَنْ لَا يَشْرَبُوا مِنْ بِئْرِهَا وَلَا يَسْتَقُوْا مِنْهَا ، فَقَالُوا : قَدْ عَجَنَّا مِنْهَا وَاسْتَقَيْنَا ، فَأَمَرَهُمْ أَنْ يَطْرَحُوْا ذَلِكَ الْعَجِيْنَ وَيُهْرِيقُوْا ذَلِكَ الماء . (رواه البخاري عن ابن عمر)
Ketika singgah di daerah al-Hijr pada Perang Tabuk, Rasulullah SAW mewanti-wanti para sahabatnya untuk tidak minum dari sumur daerah itu dan tidak pula mengambil bekal air darinya. Mereka berkata, “Kami sudah telanjur membuat adonan dan mengambil bekal air dari sumur itu.” Mendengar itu, Rasulullah SAW
pun meminta mereka membuang adonan itu dan mengalirkan air yang sudah telanjur diambil. (Riwayat Imam al-Bukhari dari Ibnu Umar)
Hadis Nabi Muhammad SAW di atas jelas menguatkan eksistensi Madain Salih, tempat Nabi Salih tinggal bersama kaumnya untuk mendakwahkan ajaran tauhid kepada mereka dan mengajak meninggalkan kekufuran dan kemusyrikan.
Kaum Samud dihancurkan oleh Allah karena enggan mengikuti dakwah Rasul yang diutus kepada mereka, yaitu Nabi Salih. Beberapa ribu tahun kemudian, keturunan kaum Samud yang selamat mendirikan Kerajaan Nabatea di wilayah utara Madain Salih, dengan ibukota bernama Petra.
Sekarang ini tempat tersebut masuk dalam wilayah negara Yordania. Petra terletak sekitar 570 km sebelah utara Madain Salih. Kerajaan Nabatea ini memperluas wilayahnya ke selatan sampai ke Madain Salih pada 300-an tahun SM hingga 100-an tahun Masehi. Kemudian jatuh ke dalam kekuasaan Kerajaan Romawi.
Madain Salih dahulu dikenal dengan nama al-Hijr, yang berarti “bukit batu.” Orang-orang Romawi menyebutnya Hegra. Adapun ibukota Kerajaan Nabatea, Petra, juga mempunyai arti yang kurang lebih sama, yakni “batu karang.” Kesamaan ini tidaklah mengherankan karena orang-orang Nabatea merupakan keturunan kaum Samud.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلَقَدْ كَذَّبَ اَصْحٰبُ الْحِجْرِ الْمُرْسَلِيْنَۙ
وَاٰتَيْنٰهُمْ اٰيٰتِنَا فَكَانُوْا عَنْهَا مُعْرِضِيْنَۙ
وَكَانُوْا يَنْحِتُوْنَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا اٰمِنِيْنَ
فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُصْبِحِيْنَۙ
فَمَآ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَۗ
Sesungguhnya penduduk (negeri) Hijr benar-benar telah mendustakan para rasul (mereka), Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling darinya. Mereka memahat gunung-gunung (batu) menjadi rumah-rumah (yang didiami) dengan rasa aman. Kemudian mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur pada pagi hari, sehingga tidak berguna bagi mereka apa yang telah mereka usahakan. (QS Al-Hijr Ayat 80-84)
Maulana Yusuf Ali (1983) menafsirkan “al-Hijr” dalam ayat ini sebagai Madain Salih semasa Nabi Salih, yaitu semasa masih bermukimnya kaum Samud. Dilansir dari Buku Kisah Para Nabi Pra Ibrahim Dalam Perspektif Alquran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)