Pertimbangkan Ini Jika Ingin Umroh Backpacker di Bulan Ramadhan

Ada ketertarikan di tengah masyarakat untuk melaksanakan ibadah umroh mandiri.

Republika/Fuji Eka Permana
Jamaah bersiap melaksanakan sholat Isya di halaman Masjidil Haram, Sabtu (3/6/2023).
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Forum Silaturahmi Asosiasi Travel Haji dan Umrah (Sathu) Muharom Ahmad menyampaikan sejumlah hal terkait umroh backpacker. Ini menyusul adanya ketertarikan di tengah masyarakat untuk melaksanakan ibadah umroh mandiri.

Muharom menilai, orang pergi berangkat umroh secara mandiri cenderung karena lebih murah. Padahal, menurutnya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan kembali jika ingin melakukan itu.

Baca Juga


BACA JUGA: Menu Nabi Saat Berbuka Puasa

"Tidak selamanya perjalanan umroh itu baik-baik saja. Ada satu kondisi yang jarang dipertimbangkan oleh mereka yang ingin umroh mandiri. Misalnya, jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, apalagi di bulan Ramadhan, yaitu terkait masalah keamanan dan keselamatan," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (6/3/2024).

Muharom mengatakan, jika orang yang berangkat umroh secara mandiri itu sakit di Saudi, mengalami kecelakaan, atau bahkan kematian, maka yang bersangkutan tidak dalam penanganan yang jelas.

"Siapa penanggungjawabnya. Ini yang harus menjadi perhatian bagi siapa saja yang mengambil umroh mandiri. Meski nanti suatu waktu, maaf, misalnya kecelakaan, lalu dikirim ke rumah sakit, pihak rumah sakit harus memeriksa, 'oh orang Indonesia', berarti akan koordinasi dengan perwakilan pemerintah RI di Saudi," katanya.

BACA JUGA: Bacaan dan Doa Buka Puasa Sesuai Sunnah

KJRI akan menelusuri siapa...

"KJRI akan menelusuri siapa yang bertanggung jawab pada perjalanannya. Di situlah menjadi sulit untuk menghubungi keluarga. Berbeda dengan perjalanan travel umroh karena tentu dengan travel umroh di samping aspek pembiayaan, kalau terjadi kecelakaan, perawatan sampai meninggal itu untuk mengurusnya menjadi lebih mudah dan tertangani," jelasnya.

Umpamanya, orang yang berangkat umroh dengan menggunakan jasa travel umroh adalah orang tua, lalu tersasar selama berada di Saudi, maka akan mudah dilacak oleh pihak travel. Karena ada asosiasi dan kerja sama dengan pihak pemerintah.

BACA JUGA: Resep Es Pisang Ijo, Legit Segar untuk Berbuka Puasa

"Lalu, jika terjadi kecelakaan dan sebagainya atau sampai pada kematian, itu seluruhnya akan dibantu oleh travel, termasuk koordinasi disholatkan di mana saat di sana. Tetapi kalau mandiri, dia tidak ada penanggungjawabnya. Inilah yang harus juga dipertimbangkan," ujarnya.

Karena itu, Muharom menuturkan, perjalanan ibadah ke Tanah Suci itu tidak semata-mata memesan kamar hotel di Saudi, tiket penerbangan, dan mendapat visa. Tetapi juga perlu dipertimbangkan ihwal kondisi yang sifatnya darurat.

Terlebih, Muharom menambahkan, umroh mandiri ini hanya bisa dilakukan dengan nyaman dengan catatan kalau secara fisik masih dimungkinkan. Tidak bisa kemudian melaksanakan ibadah umroh mandiri dengan membawa sanak famili yang tentunya memerlukan kekhususan.

Misal bawa orang tua dan anak...

"Misal bawa orang tua dan anak kecil. Tentu perencanaan perjalanannya kalau membawa orang-orang tertentu seperti orang tua dan anak-anak itu akan menjadi tantangan tersendiri," ujarnya.

Hal selanjutnya yang perlu dipertimbangkan, yakni perlunya bimbingan dalam pelaksanaan ibadah umroh. Ini menjadi utama agar jangan sampai setelah sampai di Makkah Arab Saudi tetapi karena kurangnya bimbingan, ada rukun ibadah yang tercederai.

"Ini yang lebih dikhawatirkan. Apalah artinya hematnya biaya dibandingkan keyakinan dalam menjalankan rukun dalam ibadah ini. Ini yang harus menjadi pertimbangan dalam melakukan umroh mandiri," kata dia.

BACA JUGA: Niat Puasa Ramadhan Arab, Latin, dan Terjemahan, Bisa Dibaca Saat Sahur

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler