Ini Wilayah Pantura yang Terdampak Bencana Hidrometeorologi Akibat Cuaca Ekstrem
Cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi hingga pekan depan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah wilayah kabupaten/kota di Pantai Utara (Pantura) Jawa bagian tengah terdampak bencana hidrometeorologi basah akibat cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem tersebut sebelumnya sudah termonitor dari satelit klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Cuaca ekstrem yang ditandai dengan intensitas curah hujan tinggi disertai petir dan angin kencang sebelumnya termonitor dari satelit klimatologi BMKG sejak kemarin Rabu," tutur Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari lewat siaran pers, Jumat (15/3/2024).
Dia menjelaskan, konsentrasi awan yang memicu cuaca ekstrem itu ditandai dengan adanya warna merah-oranye pada peta satelit di sepanjang garis pantai mulai dari Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Grobogan.
BMKG melalui Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang telah mengeluarkan informasi awal peringatan dini cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi hingga pekan depan. Menurut BMKG, wilayah Jawa Tengah terpantau adanya gangguan pada atmosfer hingga menyebabkan potensi cuaca ekstrem yang dipengaruhi oleh gelombang equatorial rossby, gangguan atmosfer madden julian oscillation (MJO) dan kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia serta bibit siklon tropis 94S di teluk Carpentaria sekitar utara Australia.
Adapun kondisi tersebut menurut BMKG dapat mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah. Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jawa Tengah dapat berlangsung hingga tanggal 18 Maret 2024.
"Menyikapi adanya prakiraan cuaca itu, maka BNPB mengimbau masyarakat agar tetap meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terutama saat terjadi hujan lebat untuk mengantisipasi dampak bencana seperti banjir, banjir bandang tanah longsor, angin kencang, sambaran petir dan pohon tumbang," kata Abdul.
Sementara, bedasarkan hasil akumulasi data yang dihimpun tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Jumat (15/3/2024), sejumlah wilayah kabupaten/kota telah melaporkan kejadian bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, angin kencang, dan tanah longsor.
Banjir bandang di Pekalongan...
Laporan pertama yang dihimpun yakni peristiwa banjir bandang yang terjadi di Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Bencana itu terjadi setelah bangunan penampungan air mengalami kerusakan hingga jebol setelah kehilangan daya tampung.
Peristiwa yang terjadi pada hari Rabu (13/3/2024) pukul 19.00 WIB itu mengakibatkan dua warga meninggal dunia karena hanyut beserta dengan rumah yang ditinggalinya. Kedua korban yang merupakan ibu dan anak itu berhasil dievakuasi jenazahnya.
Selain korban jiwa meninggal dunia, sebanyak 10 orang warga juga dilaporkan mengalami luka-luka dan telah mendapatkan perawatan intensif oleh petugas fasilitas kesehatan.
Banjir di Pekalongan menurut perkembangan data terakhir telah berdampak pada 70 KK yang mana ada sebanyak 51 jiwa mengungsi di Balai Desa Wangandowo dan Sekdes Wangandowo. Adapun sarana dan prasarana yang terdampak meliputi 50 rumah rusak ringan, 10 rumah rusak berat, 2 rumah hanyut, 2 sarana ibadah rusak dan 1 jembatan rusak.
Banjir Kota Pekalongan, 572 warga mengungsi
Banjir juga melanda sembilan kelurahan di tiga kecamatan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah sejak Rabu (13/3/2024). Sebanyak 572 warga terpaksa harus mengungsi karena permukiman mereka terendam banjir dengan tinggi muka air (TMA) 15-60 cm.
Adapun lokasi pengungsian itu terbagi di sembilan titik yang meliputi Aula Kecamatan Pekalongan Barat, Masjid Al-Ikhlas dan TPQ An Nikmah Tirto di Kecamatan Pekalongan Barat. Kemudian Gedung Amanjiba, Gedung Panti Asuhan Arrabitoh, SDN 1 Klego, SDN 4 Klego, musala gang mentari dan gedung pertemuan Sampangan di Kecamatan Pekalongan Timur.
Banjir rendam 24 desa di Kabupaten Kendal...
Laporan berikutnya sebanyak 10.835 KK atau 24.286 jiwa yang tinggal di 24 desa dalam 6 wilayah kecamatan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, terdampak banjir akibat cuaca ekstrem. Petugas Pusdalops BPBD Kabupaten Kendal, Hamam, melaporkan banjir dengan tinggi muka air antara 10-60 cm itu murni karena faktor cuaca maupun adanya kiriman dari wilayah hulu sungai. Beruntung tidak ada korban jiwa maupun warga yang mengungsi akibat bencana ini. Warga memilih tetap bertahan di rumah masing-masing. “Sementara tidak ada pengungsi. Warga bertahan di rumah masing-masing,” tutur Hamam.
Banjir kepung Kota Semarang
Bergeser ke arah timur dari Kabupaten Kendal, wilayah Kota Semarang tak luput dari dampak cuaca ekstrem. Puncaknya, pada Kamis (13/3/2024), Ibu Kota Jawa Tengah itu dikepung banjir hingga melumpuhkan jalur transportasi darat. Ruas jalan protokol di beberapa titik Kota Atlas itu terendam hingga 80 sentimeter.
Jalan Raya Kaligawe yang menghubungkan Semarang dan Demak-Surabaya lumpuh total akibat genangan banjir. Stasiun Tawang Semarang pun turut terendam hingga ketinggian 10 sentimeter di atas rel. Sejumlah perjalanan kereta api terpaksa harus dialihkan. Adapun data terkini, banjir Kota Semarang telah berdampak pada 158.137 jiwa yang tinggal di 40 kelurahan dalam 6 wilayah administrasi kecamatan.
Demak kembali terendam
Selanjutnya, Kabupaten Demak juga kembali terendam banjir setelah hujan dengan intensitas tinggi kembali mengguyur sebagian besar wilayah 'Kota Wali' itu. Dampak dari kondisi cuaca ekstrem itu kemudian mempengaruhi peningkatan debit air dari wilayah hulu menuju hilir yang kemudian melimpas ke permukiman warga.
Hasil kaji cepat BPBD Kabupaten Demak per Kamis (14/3/2024), sebanyak 43.298 warga yang tinggal di 3 kelurahan dan 22 desa di 6 kecamatan terdampak banjir. Adapun 499 warga terpaksa harus mengungsi setelah permukiman mereka terendam banjir dengan TMA 10-100 cm.
Pada banjir kali ini, wilayah Kecamatan Mranggen yang sebelumnya aman dari banjir kini terdampak setelah tanggul Sungai Dombo di Desa Menur jebol setelah kehilangan kemampuan menampung debit air.
Banjir kiriman di Grobogan...
Bencana banjir juga kembali melanda wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sejak Kamis (14/3/2024) hingga Jumat (15/3/2024). Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Grobogan Endang Sulistyoningsih, banjir kali ini datang dari hulu Sungai Lusi di wilayah timur dan air dari sungai-sungai yang berulu di Pegunungan Kendeng Utara di wilayah utara.
Berdasarkan laporan sementara yang dihimpun Pusadalops BPBD Kabupaten Grobogan, wilayah terdampak banjir telah mencakup 48 desa di 12 kecamatan.
1.500 hektare lahan pertanian di Kudus terendam banjir
Laporan berikutnya sebanyak 16 desa dalam 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah terdampak banjir dengan TMA antara 10-60 cm. Bencana itu terjadi setelah hujan deras disertai angin kencang pada hari Senin (11/3/2024). Hasil kaji cepat yang dilakukan tim BPBD Kabupaten Kudus, jumlah warga yang terdampak banjir ini ada sebanyak 4.132 KK atau 13.102 jiwa. Sedikitnya 150 unit rumah terendam banjir termasuk 1.500 hektare sawah.
26 desa terdampak banjir di Pati
Cuaca ekstrem juga melanda di wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Kamis (13/3/2024). Sebanyak 2.383 KK yang tinggal di 26 desa dalam 7 wilayah kecamatan terdampak banjir dengan TMA 10-80 cm. Adapun lahan pertanian seluas 639 hektare juga terdampak, berikut 60 hektare lahan tebu. Rata-rata lahan pertanian yang terendam ini adalah tanaman padi yang masih muda maupun yang sudah siap panen.
Menurut laporan BPBD Kabupaten Pati, banjir itu terjadi setelah DAS tidak mampu menampung debit air hujan kemudian melimpas ke permukiman penduduk. Di samping itu, air juga terus datang dari lereng Gunung Kendeng setelah wilayah tersebut turun hujan sejak dini hari dalam durasi yang cukup lama.
Banjir di sembilan desa di Jepara
Laporan bencana terakhir dari dampak cuaca ekstrem yang melanda wilayah Pantura di Jawa Tengah adalah Kabupaten Jepara. Banjir ini terjadi pada Kamis (14/3/2024) setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Jepara dan sekitarnya. Berbeda dengan wilayah lain pada laporan sebelumnya, banjir yang terjadi di Jepara lebih cepat surut. Kendati hal itu juga terjadi lantaran terdapat tanggul sungai yang jebol sejak dini hari, namun sore harinya air berangsur surut.