Tanpa Gencatan Senjata, Gaza Bisa Jadi Kuburan Massal

Terdapat resiko kelaparan di seluruh wilayah Gaza.

EPA-EFE/HAITHAMI IMAD
Relawan di salah satu dapur World Central Kitchen (WCK) menyiapkan makanan untuk dihidangkan kepada warga Palestina yang mengungsi di kamp Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, (18/3/2024).
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Penasihat kebijakan regional lembaga amal asal Inggris, Oxfam, Nour Shawaf menggambarkan situasi di Jalur Gaza sebagai bencana. Pernyataan ini disampaikan usai laporan yang didukung PBB mengatakan kelaparan sudah terjadi di utara Gaza dan terdapat resiko kelaparan di seluruh wilayah yang terus-menerus dibom dan dikepung.

Baca Juga


"Ini semua diciptakan manusia, ini semua hasil pengeboman Israel yang terus-menerus dan pemindahan rakyat Palestina di seluruh Jalur Gaza dan akibat penggunaan kelaparan sebagai senjata perang," kata Shawaf seperti dikutip dari Aljazirah, Senin (18/3/2024).  

"Sepanjang kita tidak melihat gencatan senjata yang dapat meningkatkan skala operasi kemanusiaan untuk mengirimkan bantuan ke Gaza dan terutama Gaza utara, dengan melipatgandakan jenis bantuan, maka kita akan melihat skenario yang sangat mengerikan terjadi di depan mata, ketika saat seluruh dunia melihatnya," kata Shawaf.

Ia menambahkan Oxfam sedang menyelidiki tujuh rintangan akses kemanusiaan yang sengaja Israel terapkan untuk memastikan operasi kemanusiaan diblokir. Sementara lembaga pangan PBB (WFP) mengatakan 70 persen warga Gaza utara mengalami kelaparan parah.

Angka yang mengkhawatirkan ini disampaikan saat WFP memperingatkan Gaza utara "akan segera mengalami" kelaparan. Sementara diperkirakan seluruh Jalur Gaza akan mengalami kelaparan mulai sekarang sampai Mei.

Kepala lembaga bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan satu-satu cara mencegah kelaparan ini adalah membuka lebih banyak pintu perbatasan dan "membanjiri" Gaza dengan makanan. “Kita berpacu dengan waktu,” kata Lazzarini pada konferensi pers di Kairo. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler