PBB: Israel Gunakan Kelaparan Sebagai Metode Perang di Gaza

Kelaparan ialah dampak dari pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Anak-anak pengungsi Palestina memegang pot mereka saat menerima bantuan makanan yang diberikan oleh kelompok pemuda Palestina, di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, 01 Februari 2024.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Komisaris Tinggi HAM PBB Volker Turk pada Selasa (19/3/2024) mengatakan Israel bisa menggunakan kelaparan sebagai "metode perang" di Jalur Gaza dengan menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah kantong Palestina itu. Turk menyerukan agar bencana kelaparan di wilayah itu dicegah.

Baca Juga


Bencana kelaparan bisa terjadi di Gaza utara pada pertengahan Maret hingga Mei akibat konflik yang tengah berlangsung dan terbatasnya bantuan kemanusiaan, menurut laporan PBB dalam inisiatif Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) yang diterbitkan pada Senin (18/3/2024).

"Pengepungan Gaza oleh Israel selama 16 tahun terakhir telah berdampak pada hak asasi manusia warga sipil, membuat ekonomi setempat hancur, dan menciptakan ketergantungan pada bantuan," kata Turk dalam pernyataannya.

"Dampak dari pembatasan Israel terhadap bantuan yang masuk ke Gaza, ditambah serangan yang terus mereka lancarkan, mungkin seperti menggunakan kelaparan sebagai metode peperangan, yang merupakan sebuah kejahatan perang," ujar dia menambahkan.

Kelaparan merupakan dampak dari pembatasan Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan dan barang komersial, perpindahan mayoritas penduduk, dan kehancuran infrastruktur sipil yang penting, tulis pernyataan itu.

Pada Oktober 2023, kelompok perlawanan Palestina Hamas melancarkan serangan roket besar-besaran ke Israel dari Gaza dan menerobos perbatasan. Serangan itu menewaskan 1.200 orang dan Hamas menyandera 240 orang lainnya.

Israel lalu membalas dengan serangan habis-habisan, memblokade penuh Gaza, melancarkan serangan darat di dalam wilayah kantong Palestina itu untuk "menumpas pejuang Hamas dan membebaskan sandera".

Sedikitnya 31.800 orang telah tewas di Jalur Gaza, menurut otoritas setempat.

Pada 24 November, Qatar memediasi perundingan antara Israel dan Hamas untuk pertukaran tahanan dengan sandera dan gencatan senjata, yang memungkinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza. Gencatan itu diperpanjang beberapa kali dan berakhir pada 1 Desember.

Lebih dari 100 orang diyakini masih disandera oleh Hamas di Gaza.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler