Alih-Alih Menyayangi, Cinta Justru Menghadirkan Obsession Love Disorder?

Cinta merupakan perasaan atau emosi yang muncul sebagai bentuk kasih sayang setelah mengenal seseorang.

retizen /Ceisyafira Anindita Azzahra
.
Rep: Ceisyafira Anindita Azzahra Red: Retizen

Cinta merupakan perasaan atau emosi yang muncul sebagai bentuk kasih sayang setelah mengenal seseorang. Menurut Wariati, (2020) Cinta menjadi kata yang paling ampuh untuk memperdaya seseorang, tidak sedikit orang yang bersedia mempersembahkan barang miliknya atau bahkan kehidupannya hanya untuk cinta. Tapi tahukah kamu, cinta yang diberikan dapat menjadi mimpi buruk bagi kehidupan seseorang?


Ketika seseorang mencintai, lumrahnya kasih sayang dan perasaan ingin melindungi yang ditunjukkan, tetapi ternyata disebagian kasus, cinta yang ditunjukkan justru nyatanya bukanlah bentuk cinta melainkan perasaan obsesif. Ketika seseorang menjadi amat terobsesi dengan seseorang yang dicintainya, kondisi seseorang yang seperti ini disebut sebagai Obsession Love Disorder. Dilansir dalam verywellmind, Obsession Love Disorder adalah kondisi dimana individu mengalami perasaan obsesif hingga menjadi suatu perasaan yang salah dan mengira perilaku yang ditunjukkannya sebagai bentuk cinta terhadap orang lain. (Ohwovoriole, 2023).

Seseorang yang mengidap Obsession Love Disorder nyatanya tidak menyadari bahwa tindakan yang ditunjukkan bukanlah merupakan bentuk cinta dan kasih sayang melainkan bentuk obsesif yang justru menekan seseorang yang ditujunya. Gangguan ini dapat muncul berawal dari perasaan tertarik akan seseorang, lalu timbul pikiran obsesif yang menghadirkan keinginan berlebihan terhadap orang yang menarik perhatiannya, namun setelah menyaksikan orang tersebut dengan orang lain akan timbul perasaan terancam yang berlebihan akibat takut ditinggalkan atau tidak dapat memiliki.

Kondisi seperti ini biasanya membuat pengidap melakukan perilaku atau tindakan diluar batasnya. Individu yang mengalami gangguan ini, sebagian besar tidak menyadari hal tersebut dan bahkan tidak menyadari bahwa perilakunya secara tidak sengaja “menekan” orang yang menurutnya merupakan dicintainya.

Menurut Ahmadi et al., (2013) penyebab individu mengalami gangguan obsesif ini yaitu, Pertama, pola asuh sejak awal kelahiran, seseorang yang dibesarkan dalam hubungan yang stabil, justru menjadi individu yang berprinsip ketika dewasa dan tidak memiliki kecenderungan obsesif. Sebaliknya, mereka yang dibesarkan pada keluarga dengan kondisi saling tidak percaya akan menjadi individu yang mudah menaruh curiga pada orang lain, termasuk kepada pasangannya. Kedua, rasa kesepian, rasa kesepian juga dapat menjadi salah satu penyebab munculnya Obsession Love Disorder. Ketika mereka menemukan seseorang yang menurutnya dicintainya, mereka berpikir bahwa mereka telah menemukan bagian dari dirinya yang hilang.

Ada tidak sih, indikator seseorang mengalami Obsession Love Disorder? Dilansir dari liputan6, indikator seseorang mengalami OLD ini antara lain, memiliki perasaan tertarik yang teramat terhadap seseorang. Timbulnya pikiran obsesif dan manipulatif entah dengan tujuan mendapatkan atau sekedar agar dapat melihat orang yang dituju, merasa bahwa orang tersebut perlu ia “lindungi” dari orang lain sekalipun orang tersebut bukan pasangannya atau bukan miliknya.

Berbagai bentuk pikiran obsesif ia kumpulkan sebelum pada akhirnya menjadi tindakan maupun kata-kata yang nyata, timbulnya rasa cemburu yang ekstrem dan intens terhadap percakapan dan tindakan interpersonal lainnya dalam arti lain cemburu yang hadir bukan lagi cemburu dalam hal umum romansa. Lalu seseorang yang mengidap Obsession Love Disorder ini juga cenderung memiliki harga diri yang rendah sebab biasanya individu dengan kondisi ini dikebanyakan kasus terlalu takut orang yang ditujunya memiliki hubungan atau dimiliki orang lain yang membuat aksesnya terbatasi untuk berinteraksi.

Disamping hal yang telah disebutkan, pengidap Obsession Love Disorder ini biasanya juga memiliki kecenderungan memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain yang rendah. Sebelumnya telah disebutkan bahwa pengidap Obsession Love Disorder akan melakukan tindakan nyata, apa saja sebenarnya bentuk tindakan nyatanya? Mengirim pesan, panggilan, atau surat kepada seseorang yang disukai secara terus menerus sekalipun tidak berbalas, atau tindakan ekstrem yang dilakukan oleh pengidap OLD ini yaitu memantau kegiatan sehari-hari orang yang disukainya setiap hari tanpa memikirkan seseorang yang dipantaunya akan menderita akibat tindakannya

Cinta memang hal menyenangkan, yang ketika kita merasakannya kita akan merasa berharga, dikasihi dan membahagiakan. Namun cintai seseorang secukupnya saja, jangan karena ketakutan akan kehilangan atau ditinggalkan, kita justru bersikap obsesif yang nantinya akan menyakiti orang yang kita cintai. Ketika cinta sudah bukan lagi tentang memberi kasih dan sayang, tetapi justri perasaan takut, emosi dan rendah diri, artinya sudah tidak akan bisa terbangun sebuah hubungan sehat. Cintai seseorang seperti seharusnya ya teman-teman, jangan buat orang terkasih kita terluka karena tindakan kita yang mungkin kita pikir sebagai bentuk cinta dan kasih.

sumber : https://retizen.id/posts/296679/alih-alih-menyayangi-cinta-justru-menghadirkan-obsession-love-disorder
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler