Rusia, Tiongkok memveto resolusi AS mengenai Gaza, Israel Bersiap Serang Rafah?
Rusia dan Tiongkok menveto usulan AS mengenai Gaza,
Rusia dan Tiongkok memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Gaza yang diusulkan Amerika Serikat.
Rancangan AS tersebut merupakan “lampu hijau yang efektif bagi Israel untuk melancarkan operasi militer di Rafah”, kata utusan Rusia untuk PBB seperti dilansir Al Jazeera, Ahad (23/03/2024).
Di Tel Aviv, Menteri Luar Negeri AS Blinken mengatakan para pemimpin Israel berisiko kehilangan dukungan di seluruh dunia, Hal ini jika mereka memerintahkan serangan darat ke Rafah.
Setidaknya 32.070 warga Palestina telah terbunuh dan 74.298 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober mencapai 1.139 orang, dengan puluhan orang ditawan.
Sementara itu, keluarga tawanan Israel meminta Biden untuk menekan Netanyahu agar mencapai kesepakatan
Sebuah surat yang ditandatangani oleh 587 anggota keluarga dari 81 tawanan yang masih ditahan di Gaza menyerukan kepada Presiden AS Joe Biden untuk mendorong perjanjian pertukaran tawanan.
“Kami mendorong Anda untuk menggunakan cara yang tersedia untuk menekan dan meyakinkan semua pihak, termasuk perdana menteri Israel, untuk menyetujui kesepakatan yang Anda nilai masuk akal,” tulis mereka.
“Sebagai sekutu terdekat Israel, kami meminta bantuan Anda untuk mengarahkan perdana menteri Israel ke arah tindakan yang tepat.”
Kerabat Israel mengatakan mereka menghubungi Biden secara langsung karena mereka frustrasi dengan “kurangnya komunikasi dan komitmen” dari Benjamin Netanyahu dan kabinet perangnya.
“Kami percaya pada kemampuan Anda untuk menegosiasikan kesepakatan yang memprioritaskan keamanan dan kesejahteraan semua orang yang terkena dampak dan ingin membantu Anda dalam memobilisasi dukungan untuk kesepakatan tersebut.”
Sementara itu kemarin dilaporkan, drone Israel berputar-putar di sekitar Rafah. Adanya pemandangan itu warga pun merasa ketakutan
Drone tersebut tidak berhenti melayang di dekat sekitar Rumah Sakit Kuwait dalam beberapa jam terakhir, serta daerah pusat Rafah lainnya.
Mereka berputar-putar untuk mengumpulkan lebih banyak informasi intelijen tentang kemungkinan sasaran yang diperkirakan akan diserang dalam beberapa jam mendatang.
Jurnalis Al Jazeera juga memperhatikan besarnya ukuran drone militer ini. Mereka terlihat jelas karena terbang pada ketinggian yang sangat rendah.
Warga Rafah pun benar-benar ketakutan dan terintimidasi karena mereka yakin akan terjadi serangan tanpa mengetahui kapan dan di mana serangan tersebut akan terjadi.