Mengenal Kemoterapi Preventif yang Dijalani Kate Middleton
Kate Middleton didiagnosis menderita kanker dan menerima kemoterapi preventif.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah video yang dirilis Istana Kensington, Princess of Wales Kate Middleton, mengungkapkan alasan dia tidak terlihat publik selama berbulan-bulan. Dia diagnosis menderita kanker dan telah menerima kemoterapi preventif.
Berdasarkan pernyataan dari Istana Kensington, dilansir Time, Senin (25/3/2024), Middleton tidak mengatakan jenis kanker apa yang dideritanya atau stadium penyakitnya. Namun dia mulai menerima kemoterapi preventif pada akhir Februari.
Dokter mengatakan “kemoterapi preventif” dapat merujuk pada berbagai macam obat untuk berbagai jenis kanker. “Ini bukan istilah medis, tapi saya pikir kita semua setuju bahwa yang dimaksud adalah kemoterapi tambahan,” kata Dr. Katherine Van Loon, profesor kedokteran dan ahli gastrointestinal di University of California, San Francisco.
Dr Van Loon tidak memiliki pengetahuan pribadi tentang hal kasus Princess of Wales tersebut. Dia menjelaskan, perawatan ini biasanya melibatkan obat kemoterapi yang sama dengan yang diterima orang untuk mengobati kanker aktif atau stadium lanjut. Kemoterapi tambahan dimaksudkan untuk membunuh sel-sel kanker mikroskopis yang tersisa yang tidak dapat dilihat dan mungkin terlewatkan oleh ahli bedah. Selain itu kemoterapi tambahan ini untuk menghancurkan sel-sel yang mungkin lolos dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Ketua Sementara Divisi Hematologi dan onkologi di Mayo Clinic dr Jeremy Jones mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa pemberian kemoterapi tiga hingga enam bulan setelah operasi bisa secara signifikan mengurangi risiko kambuhnya kanker. Tetapi ini tergantung pada jenis kankernya.
“Ini adalah standar perawatan untuk mengurangi risiko kambuhnya berbagai jenis kanker,” ujar dr Jones,yang juga tidak memiliki pengetahun pribadi tentang kasus Middleton.
Dia mengatakan dokter memutuskan untuk memulai kemoterapi tambahan berdasarkan kombinasi beberapa faktor, namun kriteria utamanya adalah stadium kanker. Menurut dia, kemoterapi tambahan sebagian besar direkomendasikan untuk kanker stadium lanjut yang memiliki risiko lebih tinggi untuk kambuh.
Dr Van Loon mengatakan kemoterapi tambahan umumnya diresepkan jika ada kekhawatiran berdasarkan patologi (tumor) atau riwayat klinis pasien yang menunjukkan bahwa mereka berisiko kambuhnya kanker di masa depan. Dia juga mencatat bahwa dokter mungkin mempertimbangkan kemoterapi tambahan ketika mereka bersikap “sangat konservatif” seperti halnya untuk pasien yang lebih muda.
Dilansir The Conversation, kemoterapi preventif tidak sama dengan mencegah kanker. Untuk mencegah berkembangnya kanker, perubahan gaya hidup seperti pola makan, olahraga, dan perlindungan terhadap sinar matahari sangat dianjurkan.
Tamoxifen, obat terapi hormon dapat digunakan untuk mengurangi risiko kanker pada beberapa pasien yang berisiko tinggi terkena kanker payudara. Aspirin juga dapat digunakan bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker usus dan kanker lainnya.