Pengiriman Bantuan untuk Gaza Diperkirakan Pererat Hubungan Indonesia-Yordania

Pengiriman bantuan memanfaatkan hubungan diplomatik bukan kali ini saja dilakukan.

Republika/Prayogi
Seorang Crew pesawat Pesawat Hercules C-130 J TNI AU yang membawa bantuan kemanusiaan memasuki pesawat di Apron Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat (29/3/2024). Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan payung udara orang dan payung udara barang sebanyak 900 buah ke Yordania guna menyalurkan bantuan yang telah terkumpul untuk Palestina melalui metode airdrop. Dengan menggunakan 1 unit Pesawat Hercules C-130 J TNI AU dan sebanyak 27 personel TNI dikerahkan dalam misi tersebut yang akan dilaksanakan selama 10 hari.
Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat hubungan internasional Universitas Padjadjaran, Arfin Sudirman berpendapat hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Yordania dapat lebih erat. Hal ini, karena pengiriman bantuan untuk rakyat Palestina di Gaza yang bakal diturunkan dari atas ketinggian (metode airdrop) oleh pesawat Angkatan Udara Yordania.

Baca Juga


"Tentu saja hubungan Indonesia dengan Yordania akan lebih erat karena pada umumnya pihak-pihak yang bekerja sama akan saling memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lainnya," kata Arfin, dari Jakarta, Senin, (1/4/2024). Menurut Arfin, pengiriman bantuan melalui metode tersebut oleh pesawat AU Yordania menunjukkan upaya Indonesia memanfaatkan hubungan diplomatik antara Yordania dengan Israel.

"Tampaknya Indonesia juga mencoba untuk memanfaatkan hubungan diplomatik Yordania dengan Israel agar mendapatkan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza," ujarnya. Oleh sebab itu, Arfin menilai Indonesia memanfaatkan hubungan dengan Yordania yang saat ini berjalan cukup baik.

"Meskipun masih ada kendala terkait moratorium pengiriman TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke Yordania," katanya. Sementara itu, ia mengatakan, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza kali ini merupakan salah satu bentuk kebijakan luar negeri Indonesia yang memang selalu mendukung Palestina sejak lama.

"Dalam konteks ini, pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza kali ini dapat dikatakan sebagai tindak lanjut Indonesia untuk melaksanakan Resolusi DK PBB (Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa) Nomor 2728 mengenai jaminan akses kemanusiaan ke Gaza," jelasnya.

Selain itu, kata dia, pengiriman bantuan dengan memanfaatkan hubungan diplomatik bukanlah yang pertama dilakukan oleh Indonesia. "Bukan kali ini saja Indonesia mengirimkan bantuan kemanusiaan ke jalur Gaza. Pada bulan November tahun lalu pun Indonesia sudah pernah mengirimkan bantuan kemanusiaan melewati Mesir. Begitu juga dengan tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.

Sebelumnya, Pesawat baru TNI Angkatan Udara C-130 J Super Hercules dengan nomor ekor A-1340 memulai misi perdananya mengirimkan bantuan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina di Gaza yang bakal diturunkan dari atas ketinggian. Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto melepas keberangkatan pesawat C-130 J Super Hercules beserta 27 prajurit TNI yang mengangkut bantuan itu di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (29/3/2024).

Dalam misi itu, TNI mengangkut bantuan dari Indonesia untuk diturunkan sementara di Yordania. Di Yordania, bantuan-bantuan itu yang di antaranya mencakup perangkat penurunan barang berupa payung udara orang (PUO) dan payung udara barang (PUB).

Dua perangkat itu nanti digunakan oleh Angkatan Udara Yordania untuk menurunkan bantuan dari Indonesia ke wilayah Gaza. Panglima menjelaskan PUO mampu menurunkan muatan seberat 100 kilogram sekali penerjunan, sementara PUB mampu menurunkan muatan seberat 15 ton sekali penerjunan.

Dalam misi kemanusiaan untuk rakyat Palestina di Gaza kali ini, ada 900 perangkat payung udara orang, dan 50 set peralatan low-cost low-altitude (LCLA) untuk menyalurkan bantuan kemanusian via metode airdrop. Bantuan-bantuan kemanusiaan itu saat ini sebagian besar telah disiapkan di Yordania oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Pesawat C-130 J Super Hercules dijadwalkan menempuh perjalanan selama tiga hari dari Jakarta ke Yordania, dan transit di Aceh, Myanmar, India, dan Uni Emirat Arab (UAE), kemudian untuk rute kembalinya dari Yordania, pesawat itu bakal transit di UAE, India, Myanmar, Aceh, dan mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Total perjalanan pulang dan pergi kurang lebih 10 hari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler