Satu Siswa Tewas dalam Penembakan di Sekolah Finlandia
Pada 2010 Finlandia memperketat undang-undang senjatanya.
REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Polisi Finlandia mengatakan satu anak tewas dan dua lainnya terluka parah dalam penembakan di luar sekolah. Seorang anak berusia 12 tahun yang menjadi tersangka dalam penembakan ini sudah ditahan.
Usai penembakan, polisi menutup gedung sekolah Viertola di Vantaa, pinggir Kota Helsinki. Polisi mengatakan penangkapan dilakukan tanpa kekerasan lebih lanjut di pinggir Siltamaki, jauh dari sekolah.
Polisi menambahkan baik pelaku maupun senjata yang digunakan dalam serangan itu sudah bersama polisi. Polisi menambahkan sampai saat ini tidak ada pelaku lainnya.
Mereka tidak mengungkapkan identitas pelaku maupun korban selain mengatakan pelaku berusia 12 tahun dan siswa sekolah lokasi penembakan terjadi. Menteri Pendidikan Anna-Maja Henriksson menangis di konferensi pers beberapa jam setelah serangan terjadi. "Anak berusia 12 tahun tidak akan pernah lagi pulang dari sekolah," katanya, Selasa (2/4/2024).
Dalam pernyataan rumah sakit distrik regional mengatakan dua korban selamat sedang dalam perawatan untuk luka serius. Mereka tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Polisi mengatakan dalam interogasi awal pelaku mengaku melakukan serangan. Peristiwa ini dapat diselidiki sebagai pembunuhan dan percobaan pembunuhan. Tidak ada yang berbicara atas nama pelaku. Polisi mengatakan mereka akan menempatkannya pada badan layanan sosial karena anak-anak tidak bisa ditahan di dalam tahanan polisi.
Polisi mengatakan motifnya masih belum diketahui. Pistol yang digunakan pelaku milik kerabatnya. Video yang tersebar di media sosial dan belum dapat diverifikasi menunjukkan dua polisi berlutut di samping pelaku penembakan yang berbaring di tanah dengan wajah ke bawah.
Sekolah Viertola memiliki sekitar 800 siswa-siswi dari kelas satu sampai kelas sembilan dan memiliki 90 staf. Ibu salah satu siswi yang berusia 11 tahun, Anja Hietamies mengatakan ia menerima pesan dari putrinya usai penembakan.
"Ia mengatakan mereka di dalam ruang kelas yang gelap, tidak boleh berbicara lewat telepon tapi bisa mengirimkan pesan singkat," kata Hietamies. Ia menambahkan putrinya sangat ketakutan.
"Hari ini dimulai dengan cara yang mengerikan, saya hanya bisa membayangkan rasa sakit dan kekhawatiran yang dialami banyak keluarga saat ini. Pelaku yang dicurigai telah tertangkap," kata Menteri Dalam Negeri Mari Rantanen di media sosial X.
Perdana Menteri Petteri Orpo mengatakan penembakan tersebut sangat mengejutkan. "Pikiran saya bersama para korban, orang yang mereka cintai dan siswa serta staf lainnya," katanya di X.
Penembakan di sekolah sebelumnya di Finlandia memicu kebijakan senjata di negara menjadi sorotan. Pada 2007, Pekka-Eric Auvinen menembak dan membunuh enam siswa, perawat sekolah, kepala sekolah, dan dirinya sendiri dengan menggunakan pistol di Sekolah Menengah Atas Jokela, dekat Helsinki.
Setahun kemudian, pada 2008, Matti Saari, seorang siswa lainnya, melepaskan tembakan di sekolah kejuruan di Kauhajoki, yang terletak di barat laut Finlandia. Ia membunuh sembilan siswa dan seorang anggota staf laki-laki sebelum menembakkan senjatanya sendiri.
Pada 2010 Finlandia memperketat undang-undang senjatanya dengan memperkenalkan tes kemampuan untuk semua pemohon izin kepemilikan senjata api. Usia minimum untuk pemohon juga diubah dari 18 tahun menjadi 20 tahun.
Rantanen mengatakan masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan pada kebijakan apa pun dari insiden hari Selasa. Ada lebih dari 1,5 juta senjata api berlisensi dan sekitar 430 ribu pemegang lisensi di negara berpenduduk 5,6 juta jiwa ini. Olahraga berburu dan menembak sasaran pun hingga saat ini masih sangat populer di Finlandia.