Utusan AS untuk Gaza: Sebagian Besar Gaza Berisiko Segera Alami Kelaparan

Israel berkewajiban membantu warga sipil karena sudah 'menguasai' Gaza.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Perempuan pengungsi Palestina menyiapkan kue tradisional sebelum Idul Fitri, yang menandai akhir bulan suci Ramadhan, di dalam tenda di kamp Rafah di selatan Jalur Gaza, 09 April 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Utusan Khusus pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk Gaza David Satterfield mengatakan "bila tidak semua" sebagian besar dari 2,2 juta populas Gaza terancam segera mengalami kelaparan. Hal ini ia sampaikan dalam forum yang diselenggarakan Komite Yahudi Amerika.

Baca Juga


"Terdapat risiko kelaparan bila tidak semua, sebagian besar 2,2 juta populasi Gaza," kata Satterfield seperti dikutip media Israel, Haaretz dan The Times of Israel, seperti dikutip Aljazirah, Kamis (11/4/2024).

"Ini bukan poin perdebatan. Ini merupakan fakta pasti, yang mana pakar Amerika Serikat, masyarakat internasional, (dan) para ahlinya, diyakini sebagai sesuatu yang nyata," katanya.

Utusan AS juga menekankan sejak karena Israel dianggap sudah menguasai Gaza maka negara itu memiliki kewajiban untuk membantu warga sipil di sana.

"Dehumanisasi yang mengerikan terhadap warga Israel yang terjadi pada tanggal 7 Oktober dan dehumanisasi yang terus berlangsung terhadap para sandera Israel setiap hari mereka ditahan tidak dapat ditandingi oleh dehumanisasi terhadap warga sipil Palestina yang tidak berdosa," kata Satterfield seperti dikutip dalam acara daring tersebut.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga mengakui penderitaan rakyat Palestina dalam pernyataan Idul Fitri yang dirilis Rabu (10/4/2024) kemarin.

"Saat keluarga dan komunitas berkumpul, kami memahami bahwa mereka melakukannya di tengah kondisi banyak komunitas Muslim di seluruh dunia sedang mengalami penderitaan," kata Blinken dalam pernyataanya yang Republika terima.

"Pikiran kami tertuju pada penderitaan warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat, warga sipil di Suriah, perempuan yang menderita di bawah pemerintahan Taliban di Afghanistan, warga Uighur di Republik Rakyat China, warga Rohingya di Burma dan Bangladesh, dan banyak lagi lainnya," tambahnya.

Dalam pernyataan tersebut Blinken mengatakan sudah terlalu banyak orang yang harus kehilangan kerabat yang dicintai selama setahun terakhir ini. Sementara masih banyak lagi yang mengkhawatirkan keselamatan dan keamanan keluarga mereka saat ini.

"Saya berharap Idul Fitri tahun ini bisa menandai momen menuju masa depan yang lebih penuh harapan, kebebasan, dan damai," katanya.

Ia menambahkan Amerika Serikat berkomitmen untuk membela hak asasi manusia di seluruh dunia, memberikan bantuan kemanusiaan bagi mereka yang sangat membutuhkan, dan berupaya mewujudkan perdamaian, martabat, dan keselamatan yang langgeng bagi semua komunitas.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler