Apindo Khawatir Dampak Serangan Iran ke Israel Bagi Ekonomi Indonesia
Pelaku usaha tidak memiliki banyak opsi untuk mencegah resiko volatilitas pasar uang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan drone Iran ke Israel pada akhir pekan kemarin diprediksi bakal berdampak ke ekonomi Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, serangan tersebut bisa menciptakan dampak ekonomi secara instan bagi Indonesia, khususnya dalam bentuk risiko capital flight (pelarian modal) dari pasar saham.
"Konflik ini seperti yang sudah terjadi di negara lain pada prinsipnya sedang tertahan untuk Indonesia karena kita masih libur atau tidak produktif beroperasi. Kami mengsinyalir dampak-dampak tersebut baru akan terasa besok, khususnya dalam bentuk risiko capital flight dari pasar saham," ujar Shinta kepada Republika, Senin (15/4/2024).
Shinta menambahkan, serangan juga memiliki dampak negatif ke industri manufaktur Indonesia, yang terasa secara riil dalam 2-6 pekan mendatang ketika industri-industri mulai melakukan penyediaan (restock) bahan baku/penolong impor seusai periode produksi Ramadhan-Idul fitri.
Menurut dia, kondisi ini akan mengkhawatirkan apabila selama periode ini nilai tukar terus melemah atau beban komponen produksi penting lain memgalami kenaikan harga khususnya untuk harga BBM dan energi (volatile). Selain itu, dari biaya logistik rantai pasok terganggu karena ekskalasi konflik geopolitik yang membuat pelaku usaha akan membatasi produksi atau terpaksa menciptakan kenaikan harga pasar.
"Dalam kondisi ini pelaku usaha tidak memiliki banyak opsi untuk mencegah resiko volatilitas yang terjadi karena dampak konflik di Timur Tengah. Yang jelas peningkatan efisiensi beban usaha akan ditingkatkan untuk mencegah potensi kenaikan beban overhead cost yang berlebihan dalam waktu dekat karena dampak geopolitik ini," ujarnya.
Untuk itu, APINDO berharap pemerintah bisa menciptakan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kepercayaan diri pelaku usaha dan investor terkait dengan kondisi stabilitas makro dan iklim usaha/investasi nasional.
"Hal ini agar risiko-risiko capital flight lebih terkendali atau malah kalau bisa tidak terjadi sama sekali dan arus FDI ke Indonesia bisa terus terjadi," ujar Shinta yang juga Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) tersebut.