Prediksi Ilmuwan Amerika Ini Terbukti, Soal Iran Sampai Imigran Muslim yang Kuasai Barat
Ilmuwan Amerika Serikat prediksi imigran Muslim kuasai sejumlah wilayah Eropa
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang futurolog, Alvin Toffler, mengungkapkan sejumlah prediksinya pada 1970 lalu melalui bukunya yang berjudul Future Shock.
Berpuluh-puluh tahun kemudian, ramalan itu terbukti. Toffler Associates merilis ramalan misalnya, pada 2010 lalu, mengenai masa depan dunia.
Lembaga ini meramalkan, 40 tahun mendatang, jumlah wanita yang berada di puncak kekuasaan akan jauh berlipat, tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Imigrasi Muslim ke Barat akan semakin meningkat dan pekerja kantoran tidak akan terpaku bekerja di ruangan.
Laporan yang dirilis lembaga konsultan Toffler ini juga menyebutkan wilayah Amerika Selatan akan menikmati pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Sedangkan wilayah Timur Tengah diramalkan menghadapi masalah kusut antara agama, sekte, dan etnis.
Rilis tersebut dilempar ke publik menandai 40 tahun sekaligus ulang tahun buku Future Shock. Melihat prediksinya yang menjadi kenyataan, tak ada salahnya kita menyimak apa yang dikatakan Toffler sekarang.
Dia menuliskan kebutuhan barang antarnegara yang meningkat tajam pada masa datang juga membuat munculnya kebutuhan kapal superbesar untuk mengangkut logistik. Terusan Suez dan Panama akan diperbaiki guna memenuhi tuntutan ini.
Diperkirakan semakin banyak orang menanam makanan mereka sendiri untuk mengurangi ketergantungan pada produsen besar dan distributor. Adapun perkembangan sambungan internet berkecepatan tinggi dan biaya konferensi video yang makin murah akan membebaskan pekerja kantor dari bilik mereka dan membuat mereka dapat bekerja dari mana saja di dunia.
Toffler Associates menulis akan ada sejumlah kecil negara-negara yang terus berperilaku nakal, yakni Korea Utara dan Iran. Ini ujian bagi para pemimpin politik akan bagaimana mereka menangani hubungan antarnegara dan sejauh mana mereka bisa memainkan agenda geopolitik,’’ tulis laporan itu.
China akan menempatkan diri sebagai kekuatan ekonomi global, bersisian dengan Brasil dan India. Kumpulan negara ini akan dapat memengaruhi pergerakan nilai mata uang dunia. Venezuela dan Afrika akan menjamin energi yang dibutuhkan negara dengan kekuatan ekonomi baru itu terpenuhi.
Pada saat yang sama, Amerika Serikat diramalkan bergantung pada China untuk pasokan 17 jenis logam yang penting untuk menghasilkan komponen senjata, radar, turbin angin, hingga mobil hibrida.
Pengembangan bentuk-bentuk energi alternatif pascaminyak akan membuat beberapa negara menjadi pecundang, termasuk Arab Saudi, Iran, Irak, beberapa negara Teluk, Rusia, dan Venezuela.
Isu agama tetap menjadi penting. Mereka memprediksi Kristen akan semakin menyebar ke wilayah Selatan. Sedangkan jumlah Muslim yang berimigrasi ke Barat akan semakin meningkat. Jumlah imigran Muslim ini akan memengaruhi sikap publik serta kebijakan pemerintah setempat.
Perubahan iklim akan memicu konflik antarnegara bersamaan dengan semakin melelehnya es-es di Kutub, berpengaruh pada kekayaan mineral di laut dan ladang minyak di Kutub Utara. Naiknya permukaan air laut pada gilirannya akan memaksa sejumlah populasi pindah dari rumah mereka. Populasi dunia yang menua, ditandai dengan semakin besarnya komposisi lansia.
“Angka kelahiran yang melambat akan semakin membebani anggaran jaminan sosial atau semacamnya. Pada 2050, akan ada enam kali lipat jumlah lansia dibanding sekarang,’’ kata Debora Westphal, peneliti di Toffler Associates seperti dikutip AFP.
Perempuan akan banyak berada di puncak kepemimpinan di seluruh dunia pada tingkat yang belum pernah dilihat sebelumnya. Dan, dalam 40 tahun mendatang, pengumpulan informasi akan semakin cepat dan dunia akan memasuki era petabyte.
Petabyte menggambarkan satuan bilangan yang lebih besar dari gigabyte, yang memungkinkan berbagai informasi berkapasitas besar semakin mudah dikirimkan atau dikumpulkan.