KPK Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Eks Karutan Tersangka Pungli
KPK siap menghadapi gugatan praperadilan yang diajukan eks karutan tersangka pungli.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak mempersoalkan pengajuan praperadilan oleh mantan Kepala Rutan (Karutan) KPK Ahmad Fauzi. Fauzi keberatan dengan penetapan status tersangka terhadap dirinya oleh KPK dalam kasus dugaan pungli di Rutan KPK.
KPK menegaskan mekanisme praperadilan merupakan hak yang diatur dan dilindungi oleh hukum. Sehingga KPK menghormati upaya hukum Fauzi.
"KPK menghormati pengajuan tersebut yang merupakan hak bagi setiap tersangka dalam suatu proses hukum untuk menguji syarat-syarat formil dalam penentuan seseorang sebagai tersangka," kata Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya pada Selasa (16/4/2024).
KPK siap menghadapi praperadilan tersebut. Sebab KPK memastikan proses hukum yang dilakukan terhadap Fauzi sudah didasarkan ketentuan syarat formil administrasi penyidikan KPK.
"Dalam penetapan seseorang sebagai tersangka, KPK tentu telah memperhatikan syarat formil maupun materilnya. Sehingga KPK tentu siap untuk menghadapi praperadilan dimaksud," ujar Ali.
Tercatat, Achmad Fauzi mengajukan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) melawan KPK. Berdasarkan laman Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) PN Jaksel, Fauzi mendaftarkan permohonan praperadilan pada 5 April 2024. Permohonan tersebut telah terdaftar dengan nomor perkara: 46/Pid.Pra/2024/PN JKT.SEL.
"Klasifikasi perkara sah atau tidaknya penetapan tersangka," tulis laman SIPP PN Jaksel yang dikutip pada Selasa (16/4/2024).
Hanya saja, SIPP PN Jaksel belum menampilkan petitum permohonan praperadilan itu. PN Jaksel mengagendakan sidang perdana pada 22 April 2024. Perkara ini bakal diadili oleh hakim tunggal Agung Sutomo Thoba.
Sebelumnya, KPK mengungkap sebanyak 15 tersangka pungutan liar (pungli) di rumah tahanan (rutan) KPK sendiri akan dibawa ke ranah pidana. Sebanyak 15 tersangka yaitu Kepala Rutan KPK Achmad Fauzi dan pegawai negeri sipil (PNS) Pemprov DKI Jakarta Hengki. Lalu ada enam pegawai negeri yang ditugaskan (PNYD) di KPK Deden Rochendi, Sopian Hadi, Ristanta, Ari Rahman Hakim, Agung Nugroho, dan Eri Angga Permana.
Tujuh orang lainnya ialah petugas pengamanan Rutan cabang KPK yaitu Muhammad Ridwan, Suparlan, Ramadhana Ubaidillah A, Mahdi Aris, Wardoyo, Muhammad Abduh, dan Ricky Rachmawanto. Semua tersangka ditahan di Rutan Polda Metro Jaya. Tercatat, pungli ini terjadi mulai 2019 hingga 2023. KPK mengestimasi uang haram yang diraup para pegawai mencapai Rp 6,3 miliar.
Para tersangka ini disebut KPK melanggar Pasal 12 huruf e Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.