Kabinet Perang Israel Gelar Rapat Ketiga Sejak Serangan Iran
Israel menjanjikan akan ada respon dari serangan yang dilakukan Iran.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Kabinet perang Israel menggelar rapat ketiga sejak serangan balasan Iran pada akhir pekan lalu. Masyarakat internasional mendesak Israel untuk tidak membalas serangan langsung pertama Iran ke wilayah Israel itu demi menghindari eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.
Kepala Staf Militer Israel Herzi Halevi berjanji serangan 300 rudal dan drone itu akan "bertemu dengan sebuah respons" tapi ia tidak memberikan detail lebih lanjut. Serangan itu tidak menimbulkan korban jiwa dan hanya mengakibatkan sedikit kerusakan.
Sistem pertahanan Israel bersama bantuan dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Yordania berhasil menghalau sebagian besar tembakan Iran. Namun serangan itu meningkatkan resiko kekerasan yang diawali perang Israel di Gaza menyebar dan mendorong perang terbuka antara dua negara yang sudah lama bermusuhan.
Pada Ahad (14/4/2024) lalu, Iran membalas serangan udara Israel ke kantor konsulatnya di Suriah yang menewaskan tujuh perwira termasuk dua jenderal Garda Revolusi pada 1 April lalu. Tapi, Teheran memberi sinyal tidak ingin eskalasi lebih lanjut.
Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan pembicaraan melalui telepon pada akhir pekan lalu. Biden mengatakan AS tidak akan bergabung bila Israel memutuskan menggelar serangan balasan ke Iran.
Bersama dengan sekutu-sekutunya di Eropa, Washington hendak memperketat sanksi ekonomi dan politik ke Iran untuk meredakan keinginan Israel membalas serangan. Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengatakan ia "memimpin serangan diplomasi" dengan menulis surat ke 32 negara untuk meminta mereka menjatuhkan sanksi ke program nuklir Iran. Serta mengikuti langkah AS untuk menetapkan Garda Revolusi sebagai kelompok teroris.
Pada Selasa (16/4/2024) Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, AS akan menggunakan sanksi dan bekerja sama dengan sekutu untuk terus mengganggu "aktivis jahat dan mengganggu stabilitas" Iran. Menteri-menteri luar negeri Uni Eropa dijadwalkan menggelar rapat video mengenai Timur Tengah.
Pada musim gugur lalu Jerman bersama Prancis dan mitra Uni Eropa lainnya mengkampanyekan perluasan sanksi Uni Eropa pada produksi drone Iran. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, juga mengatakan beberapa anggota Uni Eropa berjanji untuk melihat kembali perluasan sanksi-sanksi itu.
Ia mengatakan akan terbang ke Israel untuk mencegah eskalasi perang. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan negara-negara anggota Group of Seven sedang mengerjakan paket langkah-langkah terhadap Iran. Italia yang kini memegang presidensi G7 menyarankan target baru yang mengincar individu.
Sementara itu Deputi Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Keni mengatakan Teheran akan merespon setiap serangan balasan Iran dalam "hitungan detik, Iran tidak akan lagi menunggu 12 hari untuk merespon." Kemungkinan Israel menggelar serangan balasan juga membuat cemas sejumlah warga Iran yang tengah mengalami kesulitan ekonomi dan semakin ketatnya kontrol sosial dan politik sejak protes 2022-2023.
Serang Israel menyerang Gaza pada Oktober lalu bentrokan antara Israel dan kelompok-kelompok yang didukung Iran juga pecah di Lebanon, Suriah, Yaman dan Irak. Israel mengatakan empat tentaranya terluka beberapa ratus meter di dalam wilayah Lebanon. Penetrasi darat pertama Israel ke dalam wilayah Lebanon sejak perang Gaza meletus, meskipun Israel sudah baku tembak dengan milisi Hizbullah sejak awal perang di Gaza.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, menolak untuk mengatakan apakah Biden mendesak Netanyahu untuk menahan diri dalam menanggapi Iran saat mereka berbicara pada Ahad malam. "Kami tidak ingin melihat perang dengan Iran. Kami tidak ingin melihat konflik regional," kata Kirby dalam konferensi pers.
Ia menambahkan, adalah tugas Israel untuk memutuskan 'apakah dan bagaimana mereka akan merespons'.