Perbedaan Peradaban Islam dengan Yunani, Romawi, dan Bizantium yang Dipuji Barat

Peradaban Islam menganggap teknologi cabang pengetahuan yang sah

Sains Islam (ilustrasi). Peradaban Islam menganggap teknologi cabang pengetahuan yang sah
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Peradaban merupakan sunnatullah yang saling berganti antara satu sama lain. 

Baca Juga


وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ 

"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'." (QS Ali Imran 140)

Peradaban Islam sangat berbeda dengan Yunani, Romawi dan Bizantium dalam memandang teknologi. Para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah.  

Fakta itu terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan.

''Para ilmuwan Muslim memberi perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah teoritis,''  ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam Islamic Technology: An Illustrated History.

Sejumlah kitab dan risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan teknologis.

Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku atau kitab karya cendikiawan Muslim, seperti;  Mafatih al-Ulum, karya al-Khuwarizmi; Ihsa al-Ulum  (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.

Simaklah penjelasan al-Amiri tentang mekanika dalam kitabnya yang bertajuk  al-Ilam bimaqib al-Islam (Pengantar tentang  Keunggulan-keunggulan Islam). Menurut al-Amiri, mekanika merupakan disiplin ilmu yang menerapkan matematika dan ilmu alam.

''Mekanika memungkinkan seseorang menaikkan air yang terpendam di bawah kulit bumi dan juga mengangkat air dengan kincir atau air mancur, mengakut barang-barang berat dengan sedikit tenaga, membangun lengkungan jembatan di atas sungai yang dalam dan melakukan berbagai hal lainnya,'' papar al-Amiri seperti dikutip al-Hassan dan Hill.

Al-Amiri berpendapat bahwa ilmu mekanika sebagai cabang matematika. Tak heran, jika ia memasukannya dalam sebuah kelompok bersama aritmatika, geometri, dan musik. ''Dari penyelidikan yang kami lakukan terhadap ilmu-ilmu matematika, dapat dikatakan bahwa sama sekali tak terdapat kontradiksi antara ilmu-ilmu tersebut dengan ilmu-ilmu keagamaan,''  tutur al-Amiri yang wafat pada 381 H/ 991 M.

Di era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal,  ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi.

Selain itu, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu tentang timbangan dan pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan, teknik mesin dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains.

''Teknologi-teknologi non-matematis seperti kimia, produksi industri dan pertanian juga telah dianggap sebagai sains,'' papar al-Hassan dan Hill. Pada era kejayaan peradaban Islam, ada pula topik-topik teknologis  yang ditemukan pada subyek-subyek saintifik murni.  Al-Hassan mencontohkan, hal itu terdapat pada ilmu obat-obatan. Buku-buku  farmasi, di zaman itu, memuat informasi yang amat bermanfaat tentang sifat-sifat dan cara pembuatan berbagai produk  organik dan anorganik.

''Aritmatika juga memuat kalkulasi teknik untuk para kekayasawan, sedangkan astronomi memiliki risalah-risalah tentang konstruksi alat ukur dan lainnya,'' ujar al-Hassan yang juga mantan direktur The Institute for the History of the Arabic Science, Universitas Aleppo itu. Begitulah cendekiawan Muslim di zaman kejayaan Islam menempatkan teknologi.

Teori Sains yang dipelopori muslim (ilustrasi) - (republika)

sumber : Harian Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler