Quarter-Life Crisis Usik Dewasa Muda Umur 20-30, Apa Saja Pemicunya?

Dilanda quarter-life crisis, dewasa muda bisa merasakan kecemasan.

Flickr
Perempuan muda mengalami quarter-life crisis. Pengalaman krisis setiap orang berbeda-beda, sehingga kondisi itu pun dapat terwujud dalam cara yang beragam.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis seperempat baya atau quarter-life crisis bisa menyerang kalangan dewasa muda pada usia pertengahan hingga akhir 20-an serta awal 30-an. Siapa pun yang mengalaminya bisa merasakan kecemasan, keraguan terhadap diri sendiri, juga perasaan tanpa arah.

Profesional perawatan kecemasan Klinis bersertifikat Carrie Howard berpendapat, krisis seperempat baya sebenarnya merupakan bagian normal dari perkembangan seseorang. Itu bisa menjadi masa eksplorasi yang akan menghasilkan refleksi diri dan mendukung pertumbuhan pribadi.

"Orang dewasa muda pada dasarnya diberi tahu bahwa ini adalah saat terbaik dan paling menyenangkan dalam hidup mereka. Ketika kenyataan hidup tidak sesempurna yang mereka kira, hal ini dapat menimbulkan stres dan kecemasan dalam jumlah besar," ujar Howard, dikutip dari laman Verywell Mind, Jumat (19/4/2024).

Howard menjelaskan, para pakar berpendapat terdapat dua tipe utama quarter-life crisis, yakni locked-in dan locked-out. Jenis krisis locked-in mengacu pada perasaan berkewajiban untuk tetap menjalankan suatu peran, meskipun merasa tidak puas dengan peran tersebut. Sementara, krisis locked-out mencakup rasa tidak berdaya ketika tidak mencapai tujuan yang diinginkan.

Bagaimanapun, pengalaman krisis setiap orang berbeda-beda, sehingga kondisi itu pun dapat terwujud dalam cara yang beragam. Kecemasan paling umum yang dihadapi kaum muda menurut Howard berkisar pada masih belum memiliki gagasan yang jelas tentang siapa diri mereka.

Sebagian kalangan dewasa muda pun mengalami kesulitan menemukan makna, tujuan, dan rasa memiliki dalam hidup. Beberapa lainnya disebut Howard bergulat dengan kekecewaan dan frustrasi yang dialami oleh kehidupan, bahwa ternyata hidup tidak seperti yang mereka pikirkan.

Baca Juga


Pendiri Thrive Anxiety Solutions itu memaparkan beberapa kondisi yang dapat berperan dalam memicu quarter-life crisis. Misalnya, transisi dari perguruan tinggi ke dunia kerja, kesulitan mendapatkan pekerjaan, kehilangan pekerjaan, serta masalah hubungan seperti perpisahan, kekacauan romansa, dan konflik persahabatan.

Begitu pun tekanan keuangan, cicilan, dan tanggung jawab lainnya yang dapat memicu stres dan kecemasan. Tanggung jawab baru seperti komitmen dalam hubungan, memiliki anak, dan komitmen sosial juga termasuk pemicu lainnya.

Ekspektasi sosial juga berperan, di mana banyak orang sering kali membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka kira diharapkan masyarakat harapkan dari seseorang pada usia tertentu. Paparan media sosial pun dapat memperkuat kecemasan dan tekanan ini.

"Ketika menghabiskan waktu menelusuri feed media sosial setiap hari, dan semua yang Anda lihat hanyalah hal-hal penting dalam kehidupan setiap orang, hal ini dapat menciptakan kecenderungan untuk membandingkan diri Anda dengan orang lain dan merasa bahwa Anda kurang," tutur Howard.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler