PB ESI Sebut Aturan Batas Usia Game tak Berdampak pada Talenta Esports

Penerapan aturan batas usia dalam game sangat dianjurkan.

Garena
Game Free Fire
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Esports Indonesia (PB ESI) mengatakan aturan batas usia dalam mengakses game tak akan berdampak terhadap talenta esports. Kepala Staf Kesekjenan Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) Bambang Moegono menyebut penerapan aturan batas usia dalam mengakses game online justru dapat mengangkat reputasi esports.

Baca Juga


"Kita tidak melihat bahwa peraturan itu akan menghambat pengembangan talenta. Justru kita melihat bahwa dengan adanya peraturan seperti itu, reputasi esports akan semakin dibantu," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (24/4/2024).

"Orang akan melihat bahwa oh ternyata esports itu game-nya, ya, game yang memang sesuai dengan umurnya, kemudian kita juga tidak melihat adanya sesuatu yang merugikan."

Menurut Bambang, salah satu masalah dalam bermain game adalah karakter yang mungkin dapat terpengaruh dari konten dalam game, sehingga dapat mempengaruhi psikologis pemain. Oleh karena itu, penerapan aturan batas usia dalam game sangat dianjurkan.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah merekomendasikan pemblokiran game yang dinilai dapat menimbulkan dampak buruk terhadap anak-anak, salah satunya Free Fire. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah mempertimbangkan rekomendasi pemblokiran game online Free Fire, yang dikhawatirkan berdampak negatif terhadap anak.

"Di esport sendiri itu sudah ada kategori-kategori, untuk turnamen kalau enggak salah di internasional juga 16 tahun ke atas baru boleh, bahkan ada yang 17-18 tahun, tergantung dari penyelenggaranya," ujar Bambang.

"Kalau memang ternyata Free Fire-nya enggak boleh dimainkan untuk usia tertentu, misalkan 11 tahun, 13 tahun atau berapa, ya, pada prinsipnya kita akan ikut. Kita akan patuh terhadap regulasi," lanjutnya.

"Bahwa yang penting pendampingan. Di esports kan ada coach dan macam-macam. Mereka sudah paham bahwa ini adalah game. Yang perlu dijadikan concern adalah anak-anak yang kadang-kadang saking dia kecanduan game, dia terdampak oleh kekerasan yang ada di situ," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler