Penyebab Gas SO2 Hasil Erupsi Gunung Ruang Menyebar Menurut Peneliti BRIN

Gas sulfur dioksida (SO2) hasil erupsi Gunung Ruang menyebar ke seluruh wilayah RI.

National Search and Rescue Agency via AP
Pemandangan letusan Gunung Ruang di Pulau Sulawesi, Jumat, (19/4/2024).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan mengungkapkan letusan Gunung Ruang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Sulut menghasilkan semburan lava pijar dan melepaskan gas sulfur dioksida (SO2) yang menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Eddy mengatakan, siklon tropis di barat laut Pulau Sumatra dan Dipol Samudera Hindia (IOD) yang mulai negatif membantu penyebaran gas sulfur dioksida tersebut.

Baca Juga


"Hujan yang terjadi saat ini tak ada kaitan dengan sebaran gas sulfur dioksida akibat letusan Gunung Ruang," ujar Eddy, Selasa (23/4/2024).

Eddy mengatakan, pusaran angin di barat laut Pulau Sumatra itu telah menarik uap air dari Australia dan Laut Pasifik. Gas sulfur dioksida yang keluar dari kawah Gunung Ruang juga ikut tersebar seiring dengan adanya siklon tropis.

Menurut dia, uap air (termasuk gas) seharusnya bergerak ke belahan Bumi utara karena pusat tekanan rendah saat ini ada di utara. "Erupsi tidak menimbulkan anomali cuaca yang besar. Hujan yang terjadi saat ini lebih didominasi karena pengaruh IOD yang mulai negatif dan adanya siklon tropis di barat laut Pulau Sumatra," kata dia.

Dia menerangkan, gas sulfur dioksida yang menyebar akibat letusan Gunung Ruang tak menimbulkan hujan asam seperti yang ramai dibicarakan publik di media sosial. Letusan Gunung Ruang tertinggi tercatat mencapai tiga kilometer pada Rabu (17/4/2024), pukul 20.15 Wita.

"Hati-hati dalam mendefinisikan hujan asam, ketika diukur PH harus di atas 7. Jadi, selama belum ada pengukuran yang realible sebaiknya harus hati-hati," kata Eddy.

 

Sebelumnya, pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan udara di sekitar Gunung Ruang, masih mengandung gas sulfur dioksida (SO2) yang dilontarkan keluar saat gunung berapi itu erupsi beberapa hari lalu.

“Setiap kali ada erupsi gunung berapi pasti ada gas sulfur dioksida ini gas tersebut. Tidak hanya mengganggu masyarakat, tapi juga berdampak pada aktivitas penerbangan, seperti Gunung Ruang ini,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Menurut dia, gas sulfur dioksida tersebut tersebar ke udara bersamaan dengan erupsi Gunung Ruang, yang sampai saat ini menurut pantauan tim BNPB masih mengeluarkan asap dari puncaknya. Atas kondisi tersebut, BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan masker saat beraktivitas sehingga terhindar dari gangguan atau infeksi saluran pernapasan akibat menghirup udara mengandung SO2 atau gas belerang dioksida itu.

BNPB pun mengumumkan batas zona aman bagi warga Tagulandang untuk beraktivitas, yakni pada radius empat kilometer dari puncak yang masih mengeluarkan asap itu. Batas zona tersebut didapatkan BNPB berdasarkan keputusan penurunan status Gunung Ruang oleh tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang sebelumnya level IV (Awas) menjadi level III atau (Siaga) pada Senin pagi pukul 09.00 WIB.

Atau bila sudah mengalami gejala gangguan saluran pernapasan seperti sesak dan sebagainya, kata dia, masyarakat segera melapor ke petugas tim siaga darurat bencana untuk mendapatkan perawatan medis.

“Kami sudah siagakan tim dokter dari TNI dan Polri untuk melakukan perawatan medis. BNPB juga memberikan bantuan masker yang seharusnya sudah bisa dimanfaatkan masyarakat saat ini,” ujarnya.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler