Zita Anjani Pamer Starbucks, Badan Kehormatan DPRD DKI Tunggu Pengaduan
Badan Kehormatan DPRD DKI Jakarta menunggu pengaduan soal Zita Anjani pamer Starbucks
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kehormatan (BK) DPRD DKI Jakarta menyatakan, baru akan memproses perkara Wakil Ketua DPRD DKI, Zita Anjani pamer kopi Starbucks di Masjidil Haram, Makkah setelah menerima aduan. BK kini menanti aduan dari masyarakat ataupun anggota dewan.
"Kita tunggu pengaduan dari anggota DPRD DKI atau dari masyarakat untuk memproses agar lebih kuat persoalan yang dipermasalahkan," kata anggota BK DPRD DKI Jakarta, Nasrullah.
Zita diketahui merupakan Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Dia merupakan anak dari Ketua Umum PAN sekaligus Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan.
Republika telah menghubungi tiga pimpinan PAN untuk menanyakan tindakan yang akan diambil terhadap Zita. Namun, semuanya belum merespons hingga berita ini ditulis.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai, aksi Zita itu melukai perasaan umat Islam. Sebab, Starbucks adalah perusahaan yang terafiliasi dengan Israel, negara penjajah Palestina.
"(Tindakan Zita) melukai perasaan umat Islam yang selama ini berjuang memberikan empati, simpati dan sekalius sebagai bangsa yang pertama di dunia yang memberikan dukungan kepada bangsa Palestina," kata Wasekjen MUI Ikhsan Abdullah ketika dihubungi wartawan dari Jakarta, Jumat (26/4/2024).
Beberapa hari lalu, Zita lewat akun Instagram-nya, @zitaanjani mengunggah foto dirinya sedang memegang kopi Starbucks dengan latar Masjidil Haram, Makkah. "Lagi makan malam ehh ada yang kasih kopi, menurut kalian gimana guys?" tulisnya di keterangan unggahan serta mencantumkan tagar #starbucks dan #mecca.
Postingan itu dihujani kritik dan kecaman warganet karena Starbucks terafiliasi dengan penjajahan Israel di Palestina. Setelah panen kritikan, Zita membela diri dengan cara membuat unggahan baru.
Zita balik mengkritik warganet yang menurutnua sibuk huru-hara hanya karena satu brand. Zita mengatakan bahwa dalam Islam sudah jelas mana yang haram dan halal dikonsumsi.
Daripada meributkan satu brand, menurut Zita, masih banyak barang-barang yang sebenarnya harus menjadi sasaran boikot karena berasal dari brand-brand yang masih mendukung Israel. Itu termasuk ponsel, sabun, pakaian, bahkan media sosial.
"Jadi jangan nanggung kalo mau support Palestina. Sekalian aja tuh ganti semua brand yang biasa kalian pake, jadi pake produk lokal semua, gimana? Buat perubahan lewat jalur ekonomi bukan sekadar komentar penuh emosi. Nge-boikot satu brand karena ikut-ikutan gak bikin kalian semua jadi paling keren, coba dong terapin juga ke kehidupan kalian sehari-hari," tulis Zita.