Gelombang Panas Diduga Sebabkan Dua Orang Warga India Meninggal Dunia  

Terlalu sulit untuk bekerja di bawah terik matahari selama gelombang panas.

Republika/Thoudy Badai
Suasana terik matahari.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Sedikitnya dua orang meninggal dunia di negara bagian Kerala, India Selatan, karena diduga terkena serangan panas. Negara Asia Selatan tersebut saat ini tengah berjuang menghadapi musim panas yang terik dan lonjakan suhu.

Baca Juga


Seorang wanita berusia 90 tahun dan seorang pria berusia 53 tahun meninggal di Kerala pada Ahad (28/4/2024), ketika suhu melonjak hingga 41,9 derajat Celcius, hampir 5,5 derajat Celcius di atas suhu normal.

"Kami belum dapat memastikan apakah kematian ini disebabkan oleh gelombang panas. Proses medis untuk memeriksa kematian sedang berlangsung," kata pejabat manajemen bencana negara bagian Shekhar Kuriakose seperti dilansir Reuters, Senin (29/4/2024).

Para ilmuwan mengatakan bahwa perubahan iklim berkontribusi terhadap gelombang panas yang lebih sering, lebih parah, dan lebih lama selama bulan-bulan musim panas.

Suhu di seluruh Kerala diperkirakan akan lebih tinggi dari biasanya, menyebabkan pihak berwenang mengeluarkan peringatan yang meminta orang-orang untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap panas.

Departemen cuaca India telah memprediksi lebih banyak hari dengan gelombang panas dari biasanya antara bulan April dan Juni tahun ini.

Di negara bagian timur Odisha, di mana suhu mencapai 44,9 derajat Celcius pada Ahad, yang merupakan suhu tertinggi yang pernah tercatat pada bulan April, setidaknya dua orang telah meninggal pada musim panas ini akibat sengatan sinar matahari. Demikian menurut laporan dari direktur kesehatan masyarakat Odisha, Dr Niranjan Mishra.

Sementara itu, di Bangladesh, pihak berwenang telah membuka kembali sekolah-sekolah pada Ahad walaupun gelombang panas melanda wilayah tersebut. Namun pihak berwenang telah mengimbau warga untuk tetap berada di dalam rumah pada siang hari.

Akan tetapi imbauan tersebut sulit diterapkan oleh mereka yang bekerja di luar ruangan seperti pengemudi becak bernama Mohammed Shameem.

"Terlalu sulit untuk bekerja di bawah terik matahari selama gelombang panas yang brutal. Tidak banyak orang yang keluar sehingga sulit untuk mendapatkan penumpang. Tapi kami tidak punya pilihan selain keluar dan bekerja," kata Shameem.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler