Gelombang Panas Ekstrem, Sejumlah Sekolah di Asia Diliburkan

Sejumlah negara di Asia Selatan dan Tenggara mulai alami gelombang panas ekstrem.

EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Seorang wanita Thailand memegang payung untuk melindungi sinar matahari saat cuaca panas di Bangkok, Thailand.
Rep: Fergi Nadira Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Sejumlah negara di Asia Selatan dan Tenggara mengalami gelombang panas ekstrem hingga mengeluarkan peringatan kesehatan. Sekolah meliburkan kegiatan belajar mengajar dan masyarakat diimbau pergi ke taman dan mal untuk meredam kepanasan.

Baca Juga


Filipina mengumumkan bahwa Pemerintah meliburkan sekolah negeri selama dua hari setelah rekor panas terjadi di ibu kota Manila mencapai suhu 38,8 derajat Celcius dengan indeks panas mencapai 45 derajat Celcius.

Indeks panas mengukur seperti apa suatu suhu, dengan mempertimbangkan kelembapan. Banyak sekolah di Filipina tidak memiliki AC, sehingga siswa harus kepanasan di ruang kelas yang padat dan berventilasi buruk.

Cuaca panas terus berlanjut pada Ahad akhir pekan lalu yang membuat banyak orang berbondong-bondong ke pusat perbelanjaan ber-AC dan kolam renang untuk mencari bantuan. “Ini adalah suhu terpanas yang pernah saya alami di sini,” kata Nancy Bautista (65 tahun) yang resor di provinsi Cavite dekat Manila sudah penuh dipesan, seperti dikutip laman Channel News Asia, Selasa (30/4/2024).

"Banyak tamu kami adalah teman dan keluarga. Mereka berenang di kolam untuk melawan panas," imbuhnya. Maret, April, dan Mei biasanya merupakan bulan-bulan terpanas dan terkering sepanjang tahun di kawasan ini, namun kondisi tahun ini diperburuk oleh fenomena cuaca El Nino.

Sementara itu di Thailand, Departemen Meteorologi mengingatkan kondisi buruk setelah suhu di provinsi utara melebihi 44,1 derajat Celcius pada Sabtu pekan lalu. Di Kamboja, Myanmar, Vietnam, India dan Bangladesh, prediksi cuaca mencatat suhu bisa melebihi 40 derajat Celcius dalam beberapa hari mendatang.

“Saya tidak berani keluar pada siang hari. Saya khawatir kita akan terkena sengatan panas,” kata seorang kasir berusia 39 tahun di Yangon, Myanmar, yang bernama San Yin.

Dia pergi ke taman untuk meredam suhu yang panas untuk menghindari panasnya apartemen mereka di lantai empat. “Ini adalah satu-satunya tempat yang bisa kami tinggali untuk menghindari panas di lingkungan kami,” katanya.

Suhu global mencapai rekor tertinggi tahun lalu, dan badan cuaca dan iklim PBB mengatakan bahwa Asia mengalami pemanasan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Penelitian ilmiah yang ekstensif menemukan bahwa perubahan iklim menyebabkan gelombang panas menjadi lebih lama, lebih sering, dan lebih intens.

Myanmar mencatat suhu 3 hingga 4 derajat Celcius lebih tinggi dibandingkan rata-rata bulan April pada pekan lalu. Pada Ahad, peramal cuaca nasional memperkirakan suhu di pusat kota Mandalay bisa meningkat hingga 43 derajat Celcius.

Kementerian Air dan Meteorologi di Kamboja mengingatkan suhu juga bisa mencapai 43 derajat Celcius di beberapa wilayah negara itu dalam seminggu ke depan. Kementerian Kesehatan-nya menyarankan masyarakat untuk memantau kesehatan mereka selama cuaca panas terkait perubahan iklim.

Suhu di Vietnam juga diperkirakan akan tetap tinggi selama lima hari libur nasional dengan perkiraan suhu mencapai 41 derajat Celcius di wilayah utara. Peramal cuaca di sana mengatakan cuaca akan tetap sangat panas hingga akhir April, dan kondisi lebih dingin diperkirakan terjadi pada bulan Mei.

Departemen cuaca India mengatakan, bahwa kondisi gelombang panas yang parah akan terus berlanjut hingga akhir pekan di beberapa negara bagian. Tercatat suhu melonjak hingga 44 derajat Celcius di beberapa lokasi.

“Saya belum pernah mengalami suhu panas seperti ini sebelumnya,” kata Ananth Nadiger, seorang profesional periklanan berusia 37 tahun.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler