Panas Ekstrem, Dua Orang Meninggal Dunia di Kerala India
India masih berjuang melawan suhu panas ekstrem di rekor tertinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Setidaknya dua orang meninggal dunia di negara bagian Kerala, India selatan, karena diduga terkena serangan panas. Belakangan, negara tersebut tengah berjuang melawan suhu yang melonjak hingga mencapai rekor tertinggi.
Surat kabar Hindu melaporkan, seorang wanita berusia 90 tahun dan seorang pria berusia 53 tahun meninggal di Kerala pada Ahad (28/4/2024). Saat itu, tercatat suhu melonjak hingga 41,9 derajat Celcius (107 derajat Fahrenheit), hampir 5,5 derajat Celcius di atas normal.
"Kami belum memastikan apakah kematian ini disebabkan oleh gelombang panas. Proses medis untuk memeriksa kematian tersebut sedang berlangsung," kata pejabat penanggulangan bencana negara bagian Shekhar Kuriakose di ibu kota negara bagian Thiruvananthapuram, dilansir dari reuters, Selasa (30/4/2024).
Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim berkontribusi terhadap gelombang panas yang lebih sering, parah, dan lebih lama selama musim panas di negara tersebut. Sementara suhu di seluruh Kerala, di ujung selatan India, diperkirakan lebih tinggi dari biasanya, sehingga menyebabkan pihak berwenang mengeluarkan peringatan yang meminta masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap panas seperti tetap berada di dalam rumah.
Di negara bagian Tamil Nadu, seorang politisi setempat sampai membagikan buah segar, kelapa, dan minuman dingin di Chennai untuk membantu masyarakat tetap tenang. Departemen cuaca India memperkirakan gelombang panas akan lebih sering terjadi antara April dan Juni, ketika musim hujan akan melanda dan suhu biasanya turun.
Direktur kesehatan masyarakat Odisha, Niranjan Mishra juga mencatat dua orang meninggal karena sengatan sinar matahari terik di negara bagian timur Odisha. Dia mengatakan, suhu mencapai 44,9 derajat Celcius.
Di negara tetangga Bangladesh, pihak berwenang kembali menutup semua sekolah dasar di seluruh negeri dan lembaga pendidikan di hampir separuh distrik termasuk ibu kota karena gelombang panas yang parah menyebabkan suhu naik di atas 43 C (109 F).
Sementara itu bagu mereka yang bekerja di luar ruangan, seperti pengemudi becak Mohammed Shameem di Dhaka, tidak ada banyak waktu istirahat.
"Terlalu sulit untuk bekerja di bawah terik matahari saat gelombang panas terjadi. Tidak banyak orang yang keluar sehingga sulit mendapatkan penumpang. Tapi kami tidak punya pilihan selain keluar dan bekerja," kata Shameem.