Waduk Kering Jadi Destinasi Wisata Baru di Pidie, Aceh
Rumput dan batu kapur menjadi daya tarik Waduk Rajui sebagai tempat wisata dadakan.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Bendungan Waduk Rajui di kawasan Padang Tiji, Kabupaten Pidie, Aceh yang mengalami kekeringan akibat musim kemarau dijadikan sebagai destinasi wisata karena keindahan rumput dan batu putihnya.
"Sekarang lokasi tersebut sudah menjadi tempat wisata sejak viral di media sosial," kata Camat Padang Tiji Asriadi, di Pidie, Selasa (30/4/2024).
Debit air yang susut drastis mengubah areal waduk itu mengering hingga menawarkan panorama alam yang indah karena ditumbuhi rumput hijau dan bebatuan kapur berwarna putih setelah terendam air. Rumput dan batu kapur itu menjadi daya tarik di Waduk Rajui sebagai tempat wisata dadakan.
Namun, di sana tidak ada fasilitas pendukung untuk pengunjung, seperti toilet dan jajanan. Pengunjung berdatangan hanya sekadar mengambil foto, serta membawa makanan sendiri untuk dimakan di atas batuan pinggiran bendungan sembari menikmati suasana.
Untuk mengabadikan momen, pengunjung harus turun ke dasar bendungan agar mendapatkan foto dengan latar belakang rumput hijau dikelilingi susunan batuan putih. Bendungan Waduk Rajui itu juga dikelilingi pegunungan, dari sebelah kanan terlihat genangan air waduk yang tersisa sehingga memanjakan mata dengan panorama alam dari lereng perbukitan.
Sebelumnya, Waduk Rajui juga sempat viral di sosial media dengan latar foto air mengalir dari susunan tangga yang diapit dengan rumput dan pepohonan. Keindahan bendungan Waduk Rajui juga membuat para fotografer mengajak para pengantin mengabadikan momen prapernikahan dengan latar belakang alam yang ditawarkan dari waduk tersebut.
Untuk menuju ke lokasi wisata waduk, dapat dilintasi melalui jalan nasional Banda Aceh-Medan dengan jarak tempuh sekitar dua jam. Jika datang dari arah Kota Sigli, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 30 menit menggunakan sepeda motor
Setelah sampai di Desa Mesjid Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, maka pengunjung cukup mencari gapura bertuliskan Bendungan Rajui dari sisi kiri jalan. Selanjutnya, pengunjung harus melewati jalan yang telah diaspal sekitar satu kilometer dari gapura tersebut.
Di sepanjang jalan, wisatawan juga akan melewati perkebunan jagung, pepaya, delima kristal dan ragam tumbuhan lainnya. Waduk Rajui tersebut dibangun dibangun oleh Kementerian PUPR pada 2011 dan pengerjaannya diselesaikan pada 2013.
Asriadi menjelaskan, Waduk Rajui tersebut mulai mengalami kekeringan sejak akhir Maret 2024 saat musim kemarau. “Memasuki April, masyarakat sekitar mulai panen besar-besaran berupa ikan nila, lele, dan ikan tawar lainnya,” kata Asriadi.
Sekarang, lokasi tersebut sudah menjadi tempat wisata sejak viral di media sosial, dan mulai ramai kunjungi wisatawan lokal. Dia mengingatkan, pengunjung waduk harus berhati-hati saat berada di lokasi karena ada sebagian bukit di bendungan yang rawan longsor.
“Waduk Rajui yang longsor tersebut agar segera diperbaiki, karena sangat berbahaya bagi pengunjung dan juga harus mendapatkan pemeliharaan agar selalu bersih dan bebas sampah,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, dia juga berharap adanya perbaikan tiang-tiang listrik di sepanjang bendungan itu yang kini sudah tidak berfungsi lagi. Harusnya, permasalahan listrik secepatnya diserahkan ke pihak PLN untuk diperbaiki. Karena, tiang dan kabelnya sudah terpasang, tetapi untuk arusnya belum disalurkan oleh PLN.
"Masyarakat juga berharap supaya segera dilakukan serah terima dengan pihak PLN (terkait arus listrik), sehingga dapat dimanfaatkan oleh warga,” kata Asriadi.