Butuh Miliaran dolar AS untuk Bangun Kembali Gaza
Lebih dari 70 persen rumah di Gaza hancur.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB mengatakan tingkat kehancuran di Gaza mencapai tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II. PBB memperkirakan dibutuhkan 50 miliar dolar AS untuk membangun kembali kantong pemukiman rakyat Palestina itu.
"Kami tidak pernah melihat yang seperti ini sejak 1945, dalam intensitas, di waktu yang singkat dan besaran skala kehancurannya," kata direktur biro wilayah negara-negara Arab Program Pembangunan PBB (UNDP) Abdallah al-Dardari seperti dikutip dari Aljazirah, Kamis (2/5/2024).
Al-Dardari mengatakan, lebih dari 70 persen rumah di Gaza hancur. Selain itu, ada pula sekitar 37 juta ton puing-puing harus disingkirkan. Jauh lebih besar dibandingkan perang Israel-Hamas di Gaza tahun 2014 yang hanya 2,4 juta ton puing-puing yang perlu disingkirkan.
UNDP memperkirakan berdasarkan tingkat kehancurannya indeks pembangunan manusia Gaza mundur 40 tahun. Indeks itu mengasesmen berbagai faktor termasuk lama sekolah, pencapaian pendidikan, kesehatan dan angka harapan hidup bayi yang baru lahir.
"Semua investasi pada pembangunan manusia selama 40 tahun terakhir di Gaza musnah, kami hampir kembali di tahun 1980-an," kata al-Dardari. Ia mengatakan "setidaknya" butuh 40 sampai 50 miliar dolar AS untuk membangun kembali Gaza pasca-perang.
Prioritas utama UNDP dalam tiga tahun pascaperang adalah mendirikan tenda-tenda tempat tinggal sementara dan pasokan kebutuhan dasar ke rakyat Palestina ke rumah-rumah mereka. Israel membombardir Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu dalam serangan udara paling intensif dalam sejara moderen.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke kantong pemukiman itu sudah menewaskan sekitar 34.500 orang Palestina dan mengubah Gaza menjadi reruntuhan. Serangan dan pembatasan pergerakan yang diberlakukan Israel memicu kelangkaan pangan yang menimbulkan kelaparan di utara Gaza. Israel membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Lembaga-lembaga PBB dan kemanusiaan mendesak Israel membuka lebih banyak pintu perbatasan darat menuju Gaza sebagai akses penyaluran bantuan. Israel membantah membatasi aliran bantuan ke Gaza dan menyalahkan lembaga kemanusiaan yang beroperasi di kantong pemukiman tersebut atas keterlambatan distribusi bantuan.
Pada Kamis, (2/5/2024), juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Matthew Miller, mengatakan Israel harus mencegah serangan-serangan terhadap konvoi-konvoi bantuan yang menuju Gaza. Hal ini disampaikan setelah sekelompok warga Israel menyerang dua truk-truk bantuan Yordania yang sedang dalam perjalanan menuju Gaza.
Sementara itu, Hamas, Israel dan para mediator memperbaharui upaya-upaya negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera yang mengalami kebuntuan selama beberapa pekan. Hamas mengatakan delegasinya akan segera berkunjung ke Mesir untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut. Kepala biro politik kelompok Hamas Ismail Haniyeh, menegaskan Hamas sedang mempelajari proposal gencatan senjata yang diajukan Israel dengan "semangat positif".