3 Kasus Pencucian Uang Kripto Terbesar di Dunia, Diretas Lalu Dibelikan Kripto Lagi

Dalam dunia kripto, kasus pencucian uang menjadi perhatian serius bagi regulator dan pengguna platform kripto.

network /Kadaharan
.
Rep: Kadaharan Red: Partner
3 Kasus Pencucian Uang Kripto Terbesar di Dunia, Diretas Lalu Dibelikan Kripto Lagi. (ilustrasi: unsplash)

GenpOp. -- Industri kripto telah menjadi sorotan selama bertahun-tahun karena penggunaannya dalam aktivitas kriminal dan pencucian uang. Misalnya pada akhir April 2024, otoritas pemerintah AS menuduh layanan kripto bernama Samourai Wallet dengan tuduhan pencucian uang.


Dilaporkan bahwa Samourai Wallet digunakan untuk mencuci lebih dari 100 juta dolar AS dalam bentuk kripto oleh para pelaku kejahatan siber. Dalam dunia kripto, kasus pencucian uang menjadi perhatian serius bagi regulator dan pengguna platform kripto.

Lantas apa saja kasus pencucian uang kripto yang telah terjadi? Di bawah ini, kami akan membahas tiga kasus pencurian sekaligus pencucian uang kripto terbesar di dunia yang pernah terjadi, sebagaimana dikutip dari techopedia.

1. Peretasan Bitfinex

Pada Agustus 2016, Bitfinex – salah satu bursa kripto terbesar di dunia pada saat itu – mengalami peretasan sebesar 120.000 Bitcoin (BTC). Hingga 26 April 2024, nilai crypto yang dicuri tersebut mencapai 7,73 miliar dolar AS (dengan harga pasar BTC sebesar 64.450 dolar AS), menjadikannya salah satu peretasan kripto terbesar sepanjang masa.

Menurut Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DoJ), dua individu – Ilya Lichtenstein dan istrinya, Heather Morgan – ditangkap pada 8 Februari 2022, karena diduga telah berkonspirasi untuk melakukan pencucian uang dari hasil peretasan tersebut.

Pasangan tersebut diduga mencuci dana yang dicuri melalui serangkaian transaksi kripto yang rumit. Mereka menggunakan identitas fiktif untuk membuka rekening online di bursa kripto guna menarik dana.

Selain itu, mereka juga menukarkan BTC menjadi token lain dan kripto yang menjaga privasi sambil menggunakan praktik yang disebut "chain hopping", yang melibatkan pengguna berpindah dengan cepat antara berbagai kripto.

Menurut DoJ AS, lebih dari 94.000 Bitcoin berhasil dikembalikan oleh pihak berwenang.

2. Layanan Tornado Cash

Tornado Cash adalah layanan mix kripto yang memungkinkan pengguna untuk membuat kripto mereka tidak terlacak. Layanan ini mencampur token pengguna dengan sekelompok kripto dalam rangka mengaburkan jejak kembali ke sumber asli token tersebut.

Pelaku kejahatan dan peretas menggunakan Tornado Cash untuk mencuci dana yang dicuri dan mengaburkan jejak dana yang terkait dengan aktivitas kriminal mereka.

Pada Agustus 2023, DoJ AS menuduh dua pendiri Tornado Cash, Roman Storm dan Roman Semenov, karena menciptakan dan mempromosikan Tornado Cash. Menurut DoJ, Tornado Cash memfasilitasi lebih dari 1 miliar dolar AS dalam transaksi pencucian uang.

Otoritas pemerintah menambahkan bahwa pencampur tersebut digunakan oleh organisasi kejahatan siber Korea Utara yang disanksi, yaitu Kelompok Lazarus, untuk mencuci dana yang dicuri.

Pada Maret 2024, pengembang Tornado Cash, Alexey Pertsev, dituduh mencuci 1,2 miliar dolar AS dana ilegal melalui platform tersebut. Selama sidang dua hari pada akhir Maret, jaksa meminta 64 bulan penjara bagi Pertsev. Hakim akan memberikan putusan pada 14 Mei, seperti dilaporkan oleh CoinDesk.


Kasus-kasus tersebut menunjukkan pentingnya pengawasan ketat terhadap transaksi kripto dan penegakan hukum yang efektif dalam melawan kegiatan pencucian uang di dunia kripto.

3. Eksploitasi Ronin Bridge

Pada Maret 2022, jaringan blockchain yang berfokus pada permainan, Ronin Network, diretas lebih dari 600 juta dolar AS dalam stablecoin USDC dan token Ether (ETH), dalam apa yang menjadi peretasan keuangan terdesentralisasi (DeFi) terbesar hingga saat ini.

Menurut firma analisis blockchain Chainalysis, kelompok kejahatan siber Korea Utara, Kelompok Lazarus, memperoleh akses ke lima dari sembilan kunci pribadi yang dipegang oleh validator transaksi untuk jembatan lintas chain Ronin Network.

Mereka menggunakan kunci-kunci tersebut untuk menyetujui penarikan 173.600 token ETH dan 25,5 juta token USDC. Selanjutnya, Kelompok Lazarus melakukan teknik pencucian yang sangat canggih dengan menggunakan lebih dari 12.000 alamat kripto unik.

Dana yang dicuri dikirim ke dompet kripto sebelum dicampur dalam batch menggunakan Tornado Cash. Para peretas kemudian menukar ETH menjadi BTC, yang kemudian dicampur lagi dalam batch. BTC yang dicampur tersebut disetor ke layanan off-ramp fiat untuk dikonversi menjadi uang tunai.

Peristiwa ini menunjukkan kerentanan yang terkait dengan infrastruktur DeFi dan pentingnya keamanan yang diperlukan dalam ekosistem kripto yang semakin kompleks.

Upaya untuk mengidentifikasi dan menanggapi ancaman terhadap platform kripto menjadi semakin mendesak untuk melindungi dana pengguna dan mempertahankan kepercayaan dalam ekosistem yang terus berkembang ini.

sumber : https://genpop.republika.co.id/posts/305137/3-kasus-pencucian-uang-kripto-terbesar-di-dunia-diretas-lalu-dibelikan-kripto-lagi
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler