Respons Angkuh Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Kirim Senjata Jika Israel Serang Rafah
Netanyahu menegaskan tetap akan menggelar invasi ke Rafah, Gaza selatan.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya dapat "berdiri sendiri." Hal ini ia sampaikan setelah Amerika Serikat (AS) memperingatkan akan menghentikan pengiriman senjata bila Netanyahu menggelar invasi skala penuh ke Rafah, Gaza.
"Bila perlu, kami akan berdiri sendiri. Saya sudah katakan bila perlu kami akan berjuang sekuat tenaga," kata Netanyahu seperti dikutip dari BBC, Kamis (9/5/2024).
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan ia akan menahan sejumlah pengiriman senjata termasuk peluru artileri bila Rafah diinvasi. AS suda menghentikan pengiriman bom karena khawatir digunakan terhadap warga sipil Gaza.
Namun Netanyahu menyinggung perang 1948 untuk mengabaikan peringatan AS, sekutu terdekat Israel. "Dalam perang kemerdekaan 76 tahun yang lalu, kami pihak sedikit melawan yang banyak, kami tidak membutuhkan senjata. Terdapat embargo senjata terhadap Israel, tapi dengan semangat yang kuat, heroisme dan persatuan, kami meraih kemenangan," katanya.
"Dan dengan kekuatan semangat, dengan bantuan Tuhan, bersama-sama kami akan meraih kemenangan," tambahnya.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan "musuh-musuh serta sahabat" Israel harus memahami negaranya "tidak dapat ditundukan. Kami akan berdiri tegu, kami akan meraih tujuan kami."
Pernyataan ini disampaikan beberapa jam setelah PBB mengatakan sejak Senin (6/5/2024) lebih dari 80 ribu orang mengungsi dari Rafah di tengah pengeboman tanpa henti dan tembakan-tembakan tank Israel. PBB juga memperingatkan makanan dan bahan bakar di kota yang menampung lebih dari satu juta orang itu sudah hampir habis karena tidak ada bantuan yang masuk.
Di awal serangannya ke Rafah, Israel merebut dan menutup perbatasan dengan Mesir. PBB mengatakan terlalu berbahaya bagi staf dan pasokan bantuan untuk melewati perbatasan Karem Shalom yang sudah dibuka kembali Israel.
Pasukan Israel mengatakan operasi militer itu “ditargetkan” terhadap elemen-elemen Hamas yang masih ada di kota tersebut. Namun, pemerintah Israel menolak untuk membuang kemungkinan invasi skala penuh, yang menyebabkan Biden memperingatkan ia tidak akan memasok amunisi.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden mengatakan, dia tidak akan mengirim bom dan peluru artileri ke Israel untuk menyerang kota Rafah di Gaza selatan. Peringatan itu muncul setelah Israel memulai apa yang para pejabat AS sebut sebagai operasi terbatas untuk merebut titik perlintasan perbatasan Rafah dengan Mesir pada Selasa (7/5/2024) setelah Hamas menyetujui proposal gencatan senjata.
“Saya tegaskan jika mereka pergi ke Rafah-mereka belum pergi ke Rafah-jika mereka pergi ke Rafah, saya tidak akan memasok senjata yang telah digunakan secara historis untuk menghadapi Rafah, untuk menghadapi kota-kota yang menangani masalah itu,” ujar Biden dikutip Anadolu.
Biden pun mengakui senjata AS telah digunakan untuk membunuh warga sipil di Gaza ketika ia mengeluarkan peringatan keras kepada Netanyahu untuk tidak melanjutkan rencananya untuk Rafah. Diketahui, Rafah adalah tempat di mana sekitar 1,5 juta pengungsi Palestina mencari perlindungan dibandingkan dengan populasi kota sebelum perang yang berjumlah lebih dari 200 ribu jiwa.
“Warga sipil telah terbunuh di Gaza sebagai akibat dari bom-bom tersebut dan cara-cara lain yang mereka lakukan untuk menyerang pusat-pusat pemukiman,” kata Biden dalam kutipan wawancara eksklusif dengan jaringan televisi CNN, yang mengatakan bahwa yang dia maksud adalah bom seberat 2.000 pon.
Biden telah lama menolak seruan untuk memberikan dukungan militer AS kepada Israel, meskipun seruan tersebut semakin banyak datang dari anggota partainya sendiri. Dia menegaskan bahwa meskipun dia mengeluarkan peringatan tersebut, dia akan terus memastikan bahwa Tel Aviv memiliki senjata yang dibutuhkan untuk mempertahankan diri.
“Kami akan terus memastikan Israel aman dalam hal Iron Dome dan kemampuan mereka menanggapi serangan yang terjadi di Timur Tengah baru-baru ini. Tetapi itu salah. Kami tidak akan memasok senjata dan peluru artileri,” ucapnya.
Lebih lanjut Biden mengatakan tindakan Israel di Rafah sejauh ini belum melewati 'garis merah' apa pun yang akan mendorongnya merombak kebijakan di Gaza.
“Saya telah menjelaskan kepada Bibi dan kabinet perang: Mereka tidak akan mendapatkan dukungan kami, jika mereka benar-benar pergi ke pusat-pusat populasi ini,” tambahnya, mengacu pada nama panggilan Netanyahu.
Pada Kamis (9/5/2024) salah satu pejabat Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Jim Risch mengatakan berbagai peralatan militer akan dikirimkan ke Israel. Termasuk amunisi serangan langsung gabungan (JDAMS) yang dapat mengkonversi bom biasa menjadi bom presisi serta peluru tank, mortir, dan kendaraan tempur taktis.
Risch mengatakan, amunisi itu tidak disalurkan melalui proses persetujuan secepat yang seharusnya. Ia mencatat beberapa diantaranya sudah dikerjakan sejak Desember, sementara bantuan untuk Israel biasanya dikirimkan melalui proses peninjauan dalam hitungan pekan.
Pejabat pemerintah Biden mengatakan mereka meninjau penjualan senjata tambahan. Dalam wawancara dengan CNN, Rabu (8/5/2024) lalu Biden mengatakan AS akan berhenti memasok senjata bila pasukan Israel menggelar invasi besar ke Rafah.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel sejak Oktober lalu sudah menewaskan sekitar 35 ribu orang Palestina. Terpisah anggota Komite Hubungan Luar Negeri House of Representative AS Gregory Meeks menahan paket pengiriman senjata senilai 18 miliar dolar AS untuk Israel. Termasuk lusinan pesawat Boeing F-15 sementara ia menunggu informasi dari Israel untuk apa senjata-senjata digunakan itu.
Dukungan Biden kepada Israel selama perang Gaza yang sudah berlangsung selama tujuh bulan menjadi beban politiknya dalam kampanye pemilihan presiden terutama bagi pemilih muda. Hal ini memicu gelombang protes dalam pemilihan primer Partai Demokrat dan mendorong unjuk rasa pro-Palestina di universitas-universitas di Amerika.
Tidak satupun dari kesepakatan senjata ini bagian dari paket yang ditandatangani Biden bulan lalu yang termasuk bantuan untuk Israel dan bantuan kemanusiaan ke Gaza senilai 26 miliar dolar AS.
Risch dan Meeks dua dari empat anggota Kongres AS yang meninjau kesepakatan-kesepakatan senjata dengan negara asing. Empat anggota Kongres itu adalah ketua dan anggota Komite Hubungan Luar Negeri Senat dan ketua dan anggota Komite Hubungan Luar Negeri House of Representative.