Mengapa Siang Terasa Terik, Tetapi Saat Malam Turun Hujan? Ini Penjelasan BRIN

BMKG memprediksi awal musim kemarau terjadi sejak Mei hingga Agustus 2024.

Republika/Thoudy Badai
Warga meminum air saat cuaca panas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan, fenomena panas terik saat siang hari dan hujan turun saat malam ataupun dini hari menandakan Indonesia sedang memasuki akhir transisi dari musim penghujan ke kemarau. Prediksi Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan awal musim kemarau tahun ini terjadi sejak Mei hingga Agustus 2024.

Baca Juga


"Jadi semakin terik suhu umumnya diikuti hujan di malam hari, walaupun sifat hujannya tidak sebesar pada umumnya saat musim penghujan. Ini adalah indikasi yang biasa terjadi akhir musim transisi pertama," kata Eddy di Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Eddy menuturkan dunia saat ini sedang mengalami gelombang panas. Kawasan yang terpapar gelombang panas adalah kawasan atau negara yang didominasi oleh daratan, seperti India, Thailand, dan kawasan-kawasan seperti Afrika atau Brasil.

Menurutnya, gelombang panas adalah suatu kondisi di mana keadaan suhu rata-rata melebihi batas ambang normal selama lebih dari 30 hingga 40 tahun. Bila suhu selama tiga dekade berkisar 27 sampai 28 derajat Celcius, lalu melonjak dengan deviasi di atas lima dan berlangsung permanen selama empat hingga lima hari, maka kondisi itu didefinisikan sebagai gelombang panas.

Posisi geografis Indonesia yang dua pertiga laut dan sepertiga daratan dengan lima pulau besar dan 17.548 pulau di mana masing-masing pulau menghasilkan konveksi lokal dan konveksi regional yang membentuk awan. "Alhasil kawasan Indonesia relatif aman dari bahaya gelombang panas," ujar Eddy.

Lebih lanjut dia mengaku belum mengetahui secara pasti kapan puncak musim panas akan segera berakhir.   Namun, jika analisis berbasis perilaku data Indian Ocean Dipole (IOD) yang ada di Lautan Hindia, maka khusus untuk kawasan barat Indonesia dan kawasan Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa justru awal terjadinya kondisi panas sudah dimulai sejak April lalu dan terus merangkak hingga mencapai puncak sekitar Juli 2024.

Kondisi ini diperparah dengan mulai berhembusnya angin timuran yang bergerak melintasi kawasan Indonesia seiring dengan bergeraknya posisi matahari meninggalkan garis ekuator sejak 21 Maret, bergerak semu menuju belahan bumi utara. “Jadi, ada indikasi kuat jika kondisi panas ini akan terus berlanjut," kata Eddy.

Selain kondisi uap air di kawasan barat Indonesia yang ditarik ke arah timur pantai timur Afrika juga angin timuran yang berasal dari gurun di bagian utara Australia sudah mulai merangkak memasuki kawasan Indonesia. Gerbang utama yang akan menerima kondisi ini adalah kawasan Nusa Tenggara Timur, diikuti Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, dan seterusnya.

Penyakit yang mengintai saat cuaca panas. - (Dok. Republika)

Sebelumnya, BMKG memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan merupakan gelombang panas atau heatwave. “Jika ditinjau secara karakteristik fenomena, maupun secara indikator statistik pengamatan suhu kita tidak termasuk ke dalam kategori heatwave, karena tidak memenuhi persyaratan sebagai gelombang panas,” kata Deputi Meteorologi BMKG Guswanto di Jakarta, Kamis (2/5/2024).

"Secara karakteristik suhu panas terik harian yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari," ujarnya.

BMKG menilai hal demikian itu merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. Kendati demikian, pihaknya merekomendasikan untuk meminimalkan waktu di bawah paparan matahari antara pukul 10.00 WIB – 16.00 WIB serta mengoleskan cairan pelembab tabir surya SPF 30 + setiap dua jam untuk melindungi kulit.

Adapun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau kepada masyarakat untuk memperbanyak minum air putih dalam menghadapi cuaca panas yang melanda Indonesia dan beberapa negara di dunia. "Pertama, cukup minum (air putih)," kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas) Kemenkes RI Maria Endang Sumiwi kepada, Rabu pekan lalu.

Endang mengatakan cukup minum air putih berfungsi untuk menjaga masyarakat tetap sehat dan terhidrasi dalam menghadapi cuaca panas.

"Dua, harus cukup juga untuk tidurnya," ujarnya.

Cukup tidur, kata Endang, memastikan kebutuhan istirahat harian seseorang tercukupi, sehingga seseorang tidak mudah kelelahan di bawah cuaca yang panas. Selanjutnya, ia menyebutkan sinar matahari yang terik juga memiliki dampak yang dapat merusak kulit, sehingga masyarakat juga perlu untuk memperhatikan kesehatan kulitnya.

"Jadi yang belum terbiasa pakai itu ya, (krim) pelindungan untuk sinar matahari, pakai," katanya menegaskan.


 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler