Delapan Orang Tewas dalam Serangan Israel di Kamp Pengungsian Al Nuseirat
Beberapa orang terluka dan masih dinyatakan hilang.
REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Juru bicara Badan Kedaruratan Gaza Mahmoud Basal mengatakan serangan udara Israel ke sebuah rumah di kamp pengungsian Al Nuseirat di Jalur Gaza menewaskan delapan orang. Ia mengatakan beberapa orang terluka dan masih dinyatakan hilang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza total korban jiwa dalam serangan Israel ke kantong pemukiman itu sudah tembus 35 ribu orang lebih. Termasuk 57 orang dalam 24 jam terakhir.
Pasukan Israel ingin menumpas habis Hamas di Gaza. Tapi pada Senin (13/5/2024) kemarin seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan Washington memperkirakan tujuan untuk meraih kemenangan total tidak memungkinkan.
Israel mengklaim Hamas membunuh sekitar 1.200 orang dan menculik 250 orang lainnya dalam serangan mendadak pada 7 Oktober lalu. Sayap bersenjata Hamas mengatakan karena pengeboman Israel mereka kehilangan kontak dengan pejuangnya yang menjaga empat sandera Israel termasuk seorang warga Israel-Amerika Serikat Hersh Goldberg-Polin yang muncul dalam video yang dirilis bulan April lalu.
Saat menghadiri upacara memperingati tentara Israel yang tewas dalam perang di Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang melawan Hamas merupakan perjuangan untuk mengamankan "eksisten, kebebasan, keamanan dan kemakmuran" Israel.
"Perang kemerdekaan kami belum berakhir," katanya Senin lalu.
Israel meningkatkan serangan udara dan darat ke bagian timur Rafah. Membunuh sejumlah orang dalam serangan udara pada sebuah rumah di pemukiman Brasil.
Warga mengatakan serangan udara dan darat Israel semakin intensif. Sementara tank-tank Israel memotong jalan Salahuddin yang menghubungan utara dan selatan Rafah.
"Tank-tank memotong jalan Salahuddin di timur kota, pasukan kini berada di sisi tenggara, membangun kekuatan di dekat daerah pemukiman. Situasinya mengerikan dan suara ledakan tidak berhenti," kata salah satu warga pemukiman Shaboura, Rafah, Bassam.
"Masyarakat terus meninggalkan Rafah, saat ini tidak ada tempat yang mana dan orang-orang tidak ingin melarikan diri di menit-menit terakhir," tambah Bassam melalui aplikasi percakapan.