All Eyes on Rafah, Al Washliyah: Semua Mata Penduduk Dunia Berpihak ke Palestina

MER-C memandang ini kesempatan dunia segera mengakui Palestina sebagai sebuah negara.

AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga Palestina mengungsi dari kota Rafah di Gaza selatan selama serangan darat dan udara Israel di kota itu pada Selasa, (28/5/2024) Waktu setempat. Serangan Israel ke kamp pengungsi Rafah yang menewaskan 45 orang membuat warga Palestina kini memilih mengungsi ke Khan Younis.
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muncul dan viral gerakan All Eyes on Rafah atau semua mata tertuju ke Rafah di Gaza, Palestina.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah KH Masyhuril Khamis mengatakan sesungguhnya semua mata penduduk dunia saat ini menunjukkan keprihatinannya serta keberpihakannya bagi saudara di Palestina khususnya di Rafah, Gaza.

Baca Juga



"Itu artinya seluruh dunia sudah muak, benci dan mengutuk Israel dan kroninya, tapi pertanyaannya Israel tetap saja leluasa membunuh saudara kita di sana (Palestina), tanpa rasa takut dengan penduduk dunia lainnya," kata Kiai Masyhuril kepada Republika, Kamis (30/5/2024).

Kiai Masyhuril mengatakan sebenarnya cara diplomatik cara negosiasi sudah dilakukan. Tapi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kelihatannya tidak berani lebih dari yang ada saat ini.

"Yang kita khawatirkan, jika hal ini terus-terusan dibiarkan, bukan tidak mungkin akan adanya perang yang kebih besar ke depannya," ujar Ketua Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa (PDPAB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Bagi masyarakat dunia yang mendukung kemerdekaan Palestina, dikatakan Kiai Masyhuril, upaya boikot produk harus dikencangkan lagi, selain gerakan moral lainnya. Sebagai umat Islam jangan pernah berhenti berdoa khususnya Qunut Nazilah bagi kemerdekaan Palestina.

Sebelumnya, Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Sarbini Abdul Murad menyampaikan apresiasi kepada Spanyol, Irlandia dan Norwegia yang pada Selasa (28/5/2024) secara resmi mengakui Palestina sebagai sebuah negara.

Keputusan Spanyol, Irlandia dan Norwegia... Baca di halaman selanjutnya...

“Keputusan Spanyol, Irlandia dan Norwegia mengakui kemerdekaan Palestina patut diapresiasi. Langkah berani ketiga negara Eropa tersebut tak lepas dari kekejaman dan kebrutalan Israel dalam membunuh penduduk sipil yang tak berdosa," kata Sarbini melalui pesan tertulis yang diterima Republika, Rabu (29/5/2024).

Sarbini menegaskan, ketiga negara tersebut sejak awal memang sudah menentang serangan Israel ke Gaza, Palestina. Karena memang akan memiliki dampak kemanusiaan begitu dahsyat dan memang kelak terbukti.

Terutama Irlandia yang memang punya pengalaman pahit di bawah penjajahan Inggris. Pengalaman kelam tersebut yang membuat mereka empati dan simpati terhadap kesusahan dan kepedihan masyarakat Palestina terutama Gaza.

"Spanyol sendiri sejak awal agresi Israel ke Gaza telah secara tegas menentang serangan tersebut," ujar Sarbini.

Sarbini mengatakan, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengatakan langkah negaranya adalah tepat untuk mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina. Keputusan ini, menurutnya, tidak akan merugikan siapapun, termasuk Israel.

Menurutnya, pengakuan ketiga negara Eropa atas kemerdekaan Palestina bisa jadi pintu awal negara Eropa lainnya dapat mengikuti jejak mereka.

“Pada sidang umum PBB, mayoritas negara anggota mendukung resolusi untuk mengakui Palestina menjadi anggota PBB, meski di Dewan Keamanan, Amerika Serikat menolak resolusi tersebut. MER-C memandang ini kesempatan dunia untuk segera mengakui Palestina sebagai sebuah negara merdeka,” kata Sarbini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler