Hizbullah Lebanon Nyatakan Siap Total War Lawan Israel
Sebesar apapun serangan militer Israel di Lebanon akan dibalas dengan kehancuran.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perang antara Israel dengan sejumlah negara di Timur Tengah sampai ke babak baru. Bukan hanya dengan Palestina, tahun ini Israel berhadap-hadapan langsung dengan Iran dan Lebanon.
Bahkan dalam pernyataan terbarunya, Hizbullah yang merupakan sayap militer Lebanon dengan terang-terangan menyatakan kesiapannya untuk total war melawan Israel.
“Kami tidak akan memberi ruang kepada Israel untuk menang dalam perang ini,” kata Wakil Komandan Hizbullah Lebanon Syekh Naim Qassem, sebagaimana diberitakan Al Jazeera pada Selasa (4/6/2024).
Dengan tegas, Hizbullah menegaskan, segala ekspansi militer yang dilakukan Israel, sebesar apapun eskalasinya, di tanah Lebanon, akan dibalas dengan keputusasaan, kehancuran, dan kekalahan.
Sejak delapan bulan, Israel dan Hizbullah terlibat dalam perang. Satu dan lainnya saling menyerang dengan menggunakan berbagai alat utama sistem persenjataan.
Naim Qassem mengungkapkan sikapnya mendukung Gaza yang selama ini berjuang meraih kemerdekaan.
Serangan militer Israel
Israel menjatuhkan 70.000 ton bom di Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu, atau jauh melampaui gabungan jumlah bom yang digunakan di Dresden, Hamburg, dan London selama Perang Dunia II.
"Diperkirakan Israel telah menjatuhkan lebih dari 70.000 ton bahan peledak di Jalur Gaza sebagai tambahan atas operasi buldosernya, yang mengakibatkan hancurnya semua bangunan pada jarak hingga satu kilometer di timur dan utara jalur tersebut untuk menciptakan apa yang disebut zona penyangga," kata Euro-Med Human Rights Monitor.
Selama Perang Dunia II berlangsung, Jerman mengebom London dengan menjatuhkan sekitar 18.300 ton bom antara tahun 1940 dan 1941, menurut berbagai perkiraan, termasuk arsip dari New York Times.
Sekutu menjatuhkan 8.500 ton bom di Hamburg pada musim panas 1943, kata Hendrik Althoff, seorang peneliti di Departemen Sejarah di Universitas Hamburg.
Sekutu juga menggunakan 3.900 ton bom di Dresden pada Februari 1945, menurut catatan sejarah.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sebagai balasan atas serangan kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023.
Lebih dari 36.500 warga Palestina telah tewas di Gaza dan hampir 83.000 orang lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan selama perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah terbatasnya akses terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Lihat halaman berikutnya >>>
Mahkamah Internasional menyatakan Israel telah melakukan genosida. Dalam putusan terbarunya telah memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, tempat 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum invasi pada 6 Mei lalu.
Sikap Indonesia
Presiden Joko Widodo menegaskan Indonesia mengecam keras serangan Israel di Kota Rafah, Palestina dalam perang antara Israel melawan kelompok Hamas di wilayah itu.
"Meskipun sudah berkali-kali saya sampaikan, tapi saya ingin mengulang lagi bahwa Indonesia mengecam keras serangan Israel ke Rafah," tegas Presiden Joko Widodo di sela kunjungan kerja di Riau, Sabtu, sebagaimana rekaman audio yang diterima di Jakarta.
Menurut Joko Widodo, Israel semestinya memiliki kewajiban untuk menaati mahkamah internasional, termasuk penghentian potensi serangan ke Palestina.
Tidak hanya Indonesia, banyak negara lain mengecam serangan Israel di Kota Rafah.
Rusia melalui Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov pada Selasa (28/5) menekankan bahwa operasi militer Israel di Rafah adalah hal yang tidak dapat diterima.
Kementerian Luar Negeri Malaysia (Wisma Putra) juga menyatakan serangan terus-menerus Israel, tanpa belas kasih dan disengaja terhadap rakyat Palestina melanggar keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) pada 24 Mei 2024 lalu, yang menuntut serangan tentara Israel di Rafah dihentikan segera.
Pemerintah China mendesak agar Israel menghentikan operasi militer di Rafah, tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta warga Palestina di Gaza, sesuai dengan keputusan ICJ.
Sementara Qatar melalui Kementerian Luar Negeri mengutuk keras penembakan terhadap kamp pengungsi di Jalur Gaza oleh pasukan bersenjata Israel yang dinilai dapat menjadi batu sandungan untuk mencapai gencatan senjata di sana.