Pedoman Haji Hijau Bagi Jamaah di Tanah Suci

Ada banyak cara bagi jamaah untuk menekan dampak negatif lingkungan.

ANTARA FOTO/Khalis Surry
Petugas mendorong kursi roda calon haji lansia menuju aula pemberangkatan di Asrama Haji Embarkasi Aceh, Banda Aceh, Aceh, Jumat (31/5/2024). Kementerian Agama memberikan layanan khusus bagi jamaah haji lansia pada pelaksanaan haji 1445 H/2024, dengan jumlah 44.795 orang atau 21 persen dari total 213.320 jamaah calon haji regular Indonesia.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyelenggaraan ibadah haji tahun ini diprediksi akan kembali mengalami dampak perubahan iklim. Panasnya cuaca yang bisa mencapai lebih dari 40°Celcius, sampah dari hampir dua juta manusia hingga kebutuhan energi dan air yang meningkat akan menjadi beragam masalah iklim. Jamaah sebagai komponen terbesar dalam penyelenggaraan ibadah haji dinilai harus menjadi bagian dari solusi iklim. 

Dengan memelopori gaya hidup berkelanjutan, berbagi informasi dan menyebarkan kesadaran kepada umat manusia, jamaah bisa melaksanakan ibadah haji dan umrah. Prioritas setiap Muslim dalam ibadah haji harus dengan jelas terhubung dengan tugas keagamaan seorang Muslim. Haji dan umrah bukanlah liburan tetapi kesempatan spiritual yang istimewa. Selagi mempersiapkan perjalanan haji, ada banyak cara bagi jamaah untuk menekan dampak negatif yang bisa mengganggu kelestarian planet dan umat manusia. Berikut pedoman haji hijau yang disusun oleh Dr Husna Ahmad dalam The Green Guide for Hajj and Umrah.

1. Makanan 

Saat membeli makanan, sebaiknya anda mengecek apakah kemasan produk tersebut ramah lingkungan dan memiliki label bebas plastik. Beberapa produk mungkin memiliki logo fair trade (perdagangan yang adil). Artinya, prodüksi tersebut sudah memenuhi standar fair trade seperti perlakuan yang adil, gaji dan kendisi pekerjaan bagi para pekerja. Banyak produk juga mungkin memiliki label organik artınya produk tersebut tidak menggunakan pestisida yang berbahaya bagi bumi dan menghormati binatang. 

2. Minuman

Saat haus dan hendak membeli produk minuman, ada beberapa faktor yang harus kita sadari. Sebagai contoh, menghindari minuman soda kemasan yang berasal dari perusahaan besar bisa berkontribusi dalam menurunkan produk kemasan plastik. Sebagai contoh, Coca-Cola, PepsiCo dan Nestle, merupakan brand-brand yang populer di mata masyarakat namun sudah memproduksi lebih dari setengah juta ton plastik setiap tahun di enam negara berkembang yang setara dengan 83 lapangan sepak bola. Akan lebih baik bagi para jamaah untuk menggunakan tumbler yang bisa menjaga suhu air tetap dingin nutuk  menghadapi cuaca panas.

Jika terpaksa harus mengonsumsi air putih kemasan,  penting bagi jamaah untuk mengecek apakah plastik tersebut dapat didaur ulang atau cari botol yang setidaknya memiliki sebagian material yang bisa didaur ulang. Label khusus bisa ditemukan di bawah botol atau barang-barang kemasan plastik. Botol ini juga bisa anda buang di tempat sampah yang sudah memiliki tanda.

3. Kemasan sampah

Penting bagi jamaah untuk mengecek produk yang anda beli merupakan kemasan bebas plastik atau menggunakan material yang bisa terurai. Akan bermanfaat bagi jamaah untuk membawa tas belanja reusable untuk digunakan sewaktu-waktu. Saat ingin membeli oleh-oleh, sebaiknya buat daftar belanja yang ingin anda beli sebelum pergi ke Tanah Suci. Pertimbangkan kembali oleh-oleh yang mungkin bisa anda dapatkan di Indonesia.  Tips lainnya yakni pertimbangkan untuk membawa botol yang bisa terus kita refill ketimbang membeli air kemasan. 

4. Daur ulang

Jamaah juga disarankan untuk mendaur ulang sampah saat memungkinkan. Periksa kembali apakah ada titik-titik recycle di seputar Makkah atau Madinah. Jika tidak, tempatkan sampah anda dalam kantong tertutup. Jika ingin membuang sampah, periksa lagi label produk tersebut apakah bisa didaur ulang atau tidak. Jika memungkinkan, beli barang yang bisa didaur slang atau bahkan dengan material yang bisa didaur slang. Ingat-ingat untuk memeriksa kembali saat membuang masker ke tempat sampah karena pada umumnya, sampah-sampah masker tidak bisa didaur slang. Karena itu, jika memungkinkan, gunakan masker yang berasal dari bahan alami, bisa dicuci dan digunakan kembali.

5. Air

Setiap jamaah perlu berpikir tentang jejak penggunaan air mereka. Jejak penggunaan air yakni jumlah air yang anda konsumsi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk air yang digunakan nutuk menyiram tanaman yang anda makan. Kisah Hajar dan Nabi Ismail tentant air zamzam merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT sehingga air harus diperlakukan demikian.

Saat hendak berwudhu, perhatikan air yang akan anda habiskan. Gunakan tidak lebih dari 700 mililiter air atau satu mud sehingga bisa membuat jamaah lainya membuat jejak tentang seberapa banyak air yang mereka butuhkan dan berapa yang mereka habiskan. Menurut Sunah Rasulullah SAW, minimum yang bisa digunakan hanya sekitar empat mudd atau 2,8 liter.

6. Air minum

Saat  air minum dengan keran tersedia, gunakan itu ketimbang membeli minum di boots kemasan. Penggalian, transportasi dan pengemasan air mineral kemasan memberi dampak pada besarnya jejak karbon dan menimbulkan biaya besar. Tak hanya itu, botol kemasan memiliki dampak ekologi yang panjang karena sampahnya tidak bisa diuraikan.

7. Menggunakan pakaian dan tekstil

Islam mengajarkan kita mengenai hak dan kewajiban seputar hijab. Karena itu, tyda ada alasan untuk mengabaikan tugas kita seputar etika lingkungan. Siapa yang memproduksi pakaian? Bagaimana perusahaan pakaian tersebut memperhatikan kesejahteraan para pekerjanya? Apa material yang digunakan untuk membuat pakaian?Apa saja dampak yang ditimbulkan jika kita membelinya? 

Tanpa menjawab semua pertanyaan ini, kita tidak bisa memenuhi tugas dakwah untuk menjaga sesama manusia dan alam yang diamanahkan kepada kita. Pakaian merupakan industri kedua yang paling mencemari lingkungan di dunia, bahkan mengungguli transportasi. Industri pakaian kerap menyebabkan limbah baik di darat dan lautan sebagaimana emisi gas rumah kaca. Untuk itu, penning bagi kita untuk memperhatikan apa yang kita beli dan kita pakai. 

Pada zaman Rasulullah SAW, produksi pakaian dibuat dengan amat personal, dengan penghargaan bahkan diwariskan generasi ke generasi. Tidak seperti generasi saat ini yang membuang begitu sana setelah pakaian yang digunakan dirasa usang dan ketinggalan jaman. Anak-anak, para pelajar dan ulama bahkan akan mewariskan dan mengenakan jubah dari orang tua mereka. 

Baca Juga


 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler