Sekjen PBB Kutuk Serangan Udara Israel Terhadap Sekolah di Nuseirat Tewaskan 39 Orang

Sebuah sekolah di Nuseirat yang dijadikan kamp pengungsi dibom Israel pada Kamis.

EPA-EFE/MAST IRHAM
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan udara Israel terhadap sekolah, yang berubah menjadi tempat penampungan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), di Jalur Gaza yang menewaskan puluhan pengungsi. Ketika berbicara pada konferensi pers, pada Jumat (7/6/2024), juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, serangan Israel kembali jadi pengingat tragis dan mengerikan menyangkut harga yang harus dibayar oleh warga sipil di Gaza.

Baca Juga


“Tentu saja, dia (Guterres) mengutuknya,” kata Dujarric, ketika ditanya mengenai tanggapan Guterres mengenai serangan Israel.

Dujarric menuturkan bahwa sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan itu berusaha memberikan layanan penting kepada warga sipil. Mengingat tidak ada layanan pendidikan yang disediakan di Gaza, Dujarric mengatakan 300 ribuanak yang menerima pendidikan dari UNRWA tidak dapat mengakses pendidikan, sehingga sekolah diubah menjadi tempat penampungan.

“Tidak ada tempat yang aman,” ucapnya.

Mengenai klaim Israel bahwa anggota Hamas hadir di sekolah tersebut, Dujarric berkata bahwa setiap orang dapat mendengarkan apa yang dikatakan orang lain dan setiap orang juga dapat melaporkannya.

“Anda dapat melaporkan apa yang saya katakan dan membuat analisis Anda sendiri. Apa yang dapat saya sampaikan kepada Anda adalah sejumlah besar warga sipil terbunuh, sejumlah anak-anak juga terbunuh,” tuturnya.

Menanggapi pertanyaan mengenai apakah Guterres memiliki batas dalam menanggapi krisis Gaza, Dujarric mengatakan Sekretaris Jenderal tidak punya "kebiasaan membuat  garis batas" dan bahwa Guterres ingin konflik tersebut berakhir. Dujarric menekankan bahwa PBB telah berulang kali menyerukan gencatan senjata, akses kemanusiaan, dan pembebasan sandera.

“Dalam konflik ini, seperti dalam banyak konflik lainnya, Sekretaris Jenderal bukanlah pihak yang bertanggung jawab,” katanya, menegaskan.  

Mengapa Serangan ke Rafah Mematikan? - (Republika)

 

Menteri Luar Negeri Belgia Hadja Lahbib juga mengecam serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah milik UNRWA di Gaza sebagai tindak kekerasan yang mengerikan. Dia mendesak semua pihak untuk menghormati infrastruktur sipil seraya menambahkan bahwa tragedi tersebut mengingatkan akan pentingnya mengakhiri kekerasan.

“Serangan udara yang menghancurkan terhadap sekolah UNRWA di Gaza adalah tindakan kekerasan yang mengerikan dan tidak dapat diterima,” kata Hadja Lahbib, Jumat.

Serangan Israel pada Kamis (6/6/2024) pagi terhadap sekolah yang menampung pengungsi Palestina di Gaza tengah itu menewaskan 39 orang, menurut otoritas kesehatan di daerah kantong yang diblokade tersebut. Otoritas media pemerintah Gaza menyatakan, serangan pasukan Israel terhadap sekolah milik badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA itu turut menyebabkan puluhan warga lainnya cedera. Otoritas tersebut juga menyatakan “pembantaian" tanpa henti Israel di Jalur Gaza semakin membuktikan Israel tengah melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza.

Pejabat Rumah Sakit Martir Al-Aqsa turut mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut selain menewaskan 39 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya. Jumlah korban tersebut kemungkinan besar bertambah karena masih ada korban-korban lain yang belum dievakuasi ke rumah sakit. Sementara, militer Israel mengakui bahwa pihaknya benar melancarkan serangan udara ke sekolah UNRWA di kamp pengungsi Nuseirat.

Selain menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina di Gaza, kampanye militer Israel telah mengubah sebagian besar wilayah kantong berpenduduk 2,3 juta orang menjadi reruntuhan dan menyebabkan sebagian besar warga sipil kehilangan tempat tinggal dan berisiko kelaparan.

 

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler