64 Siswa Asal Papua di Banten dalam Program 'Adem' Siap Berdaya di Kampung Halaman

Siswa berasal dari 3 T, yakni, daerah Tertinggal diberi fasilitas yang lebih baik.

Dok. Web
Sejumlah siswa siswi asal Papua untuk menempuh pendidikan menengah yang berkualitas di Banten.
Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Provinsi Banten adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang menjadi tujuan untuk program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) bagi siswa siswi asal Papua untuk menempuh pendidikan menengah yang berkualitas.
Hal ini dikatakan oleh Widodo kepala SMKN I Cilegon yang juga koordinator penjemputan dan pemulangan siswa asal Papua yang menuntut ilmu di sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan di Banten yang berasal dari daerah 3 T, yakni, daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar. Ini merupakan wilayah Indonesia yang memiliki kondisi geografis, sosial, ekonomi dan budaya yang kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional
Widodo menjelaskan, tahun ini sebanyak 64 siswa asal Papua yang sudah selesai menuntut ilmu yang tersebar di 27 sekolah menengah di Provinsi Banten siap untuk dipulangkan ke daerah asal.
“Tahun ini sebanyak 64 siswa asal Papua melalui program ADEM dinyatakan lulus dan siap untuk dipulangkan.Insya Allah pelepasannya dilakukan Ahad (9/6/2024), untuk pelepasan dan Kementerian Pedidikan dilepas pada hari Senin (10/6/2024),” kata Widodo kepada wartawan.
Ia menjelaskan, program ADEM adalah program Kementerian Pedidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk percepatan pembangunan sumber daya manusia (SDM) di Papua dan Papua Barat, serta diharapkan dapat mempercepat akulturasi keragaman budaya.
“Program ini sangat bagus dan patut dipertahankan untuk akulturasi keberagaman adat, budaya masyarakat Indonesia, sekaligus mempercepat pembagunan sumber daya manusia,” kata Widodo.
William seorang siswa asal Papua yang ikut program ADEM bercita cita ingin jadi pilot. Ia mengaku, selama menutut ilmu di Bantem ia sangat menyukai masakan khas Banten seperti Pecak Bandeng dan sayur Asem, dia juga memgaku bebas untuk menjalankan ibadah.
”Kalau untuk melaksanakan ibadah kami pergi ke markas Kopassus dan ada juga yang ke Korem.Masyarakat Banten sangat ramah, toleransi dan menghargai perbedaan,” kata dia.
Ia berharap, orangtua dan saudaranya yang ada di tanah Papua untuk tidak menghawatirkan kondisinya di Banten, dan meminta seluruh warga Papua tidak terpengaruh isu-isu yang belum tentu kebenarannya. "Berharap saudara kami di Papua jangan mudah terprovokasi, supaya kita tidak mudah terpecah belah dari NKRI karena kami satu Indonesia," ujar William.
Hal senada diungkapkan Maria Elizabet yang mengaku kerasan tinggal di Banten dan bercita cita menjadi bankir.Ia mengatakan demi menimba ilmu dan menggapai cita-cita, dirinya rela berpisah lama dengan orangtua dan saudaranya di Papua untuk bersekolah di Banten. “Selama tiga tahun saya bersekolah di Banten baru satu kali pulang Papua,” ujar Maria.
Maria mengakui, selama bersekolah di Banten banyak hal yang dia pelajari bersama teman temannya yang berasal dari Papua.Selain mendapatkan ilmu pengetahuan, dirinya juga mendapatkan wawasan tentang keragaman budaya dan kekayaan alam yang dimiliki Indonesian yang akan dibagikan ke teman temannya di Papua.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Biak Numfor, Papua mengirim 12 siswa orang asli Papua lulusan SMP Kabupaten Biak Numfor sebagai penerima beasiswa afirmasi pendidikan menengah (Adem) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023 ke SMA di pulau Jawa, demikian dilansir dari Antara, Senin (10/6/2024). 

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler