Sapi Bali Jadi Primadona Hewan Kurban Idul Adha Pilihan Warga
Idul Adha merupakan momentum memperbanyak berbagi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenis sapi bali menjadi primadona hewan kurban pilihan berbagai kalangan masyarakat di Jakarta pada Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah.
"Di sini pembeli dari kalangan pejabat juga ada, semua kalangan beli, dari kalangan ekonomi bawah sampai pejabat, pengusaha mereka semua antusias untuk beli sapi kurban, karena momennya sekarang Hari Raya Idul Kurban," kata seorang pedagang sapi Jaja Harja di Jakarta, Sabtu.
Jaja yang merupakan pedagang sapi di wilayah Jalan Cakung Cilincing, Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, menyampaikan dirinya mendatangkan sapi sebanyak 330 ekor dari Bali dan kini tersisa lima ekor dengan ukuran kecil yang belum terjual.
Pihaknya menjual sapi kurban mulai dari harga Rp18 juta untuk ukuran kecil hingga Rp40 juta lebih untuk ukuran sapi dengan berat sekitar 500-500 kilogram (kg).
"Malah sampai sekarang itu banyak yang nyari sapi besar sapi Bali dengan kisaran 500 kilogram. Sampai saat ini kami masih (menjual) di sapi bali karena sesuai minat pembeli yang memang mencari jenis sapi tersebut," tutur Jaja.
Dia menyampaikan bahwa pihaknya rata-rata menjual sapi bali karena menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan paling banyak diminati oleh masyarakat berbagai kalangan, bukan hanya pejabat tetapi masyarakat secara umum yang hendak berkurban di Hari Raya Idul Adha.
Menurut Jaja, sapi bali diminati oleh masyarakat berbagai kalangan karena terdapat beberapa kelebihan di antaranya memiliki serat daging yang padat, kadar air rendah.
Selain itu, sapi bali dari sisi fisiknya memiliki tulang yang tulang kecil dan daging yang padat serta kulit tipis.
"Kami sudah dari tahun 2008 usaha pengadaan sapi kurban, sapi bali yang kami sediakan, karena sampai saat ini istilahnya antusias masyarakat untuk sapi bali itu masih tinggi. Jadi di sini itu sapi bali semua," jelas Jaja.
Jaja menjelaskan pengadaan sapi bali dimulai dari penyiapan tempat atau kandang untuk karantina sapi. Hal itu mulai dilakukan sejak dua minggu setelah Idul Fitri 1445 H.
"Kemudian sapi didatangkan di akhir bulan April (2024), itu udah siap kandang. Biar istilahnya sapi itu di sini datang ke tempat relokasi dalam keadaan nyaman, dia istilahnya tidak sakit lah gitu, tetap stabil sapinya," ungkap Jaja.
Lebih lanjut, Jaja menjelaskan bahwa sapi yang telah terjual akan dilakukan pengiriman pada H-3 Idul Adha hingga H+1 Idul Adha.
Selain itu, dalam memastikan sapi dalam keadaan yang sehat, Jaja mengatakan bahwa semua sapi yang dijual sekitar 330 ekor lebih telah dilakukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter hewan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan dan Peternakan Jakarta Timur.
"Alhamdulillah sudah dites, sudah dicek semua kesehatannya oleh dokter (hewan) Suku Dinas Kesehatan dan Peternakan Jakarta Timur," jelas pria yang merintis usaha jual sapi sejak tahun 2008.
Jaja menambahkan Wakil Wali Kota Jakarta Timur Iin Mutmainnah juga telah melakukan peninjauan terhadap usahanya, guna memastikan hewan kurban yang dijual dalam keadaan sehat.
"Bahkan minggu-minggu kemarin ada kunjungan dari Wakil Wali Kota (Jakarta Timur). Beliau sempat datang ke sini dengan dokter (hewan) melakukan pemeriksaan langsung, alhamdulillah sapi kami sehat semua," tambah Jaja.
Sebelumnya, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur melepas 83 petugas pemeriksa kesehatan hewan kurban untuk memastikan hewan kurban di wilayahnya dalam kondisi sehat saat pemotongan pada Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah.
Petugas pemeriksa kesehatan hewan kurban itu dilepas oleh Wali Kota Jaktim M Anwar yang ditandai dengan pemakaian jas putih kedokteran di Kantor Wali Kota Jaktim, Cakung, Rabu (12/6).
"Kegiatan ini tiap tahun kita lakukan untuk memastikan semua hewan kurban yang disembelih dan dikonsumsi oleh masyarakat dalam keadaan sehat dan tidak berdampak bagi kesehatan warga yang mengkonsumsi," kata Anwar.
Menurut dia, masyarakat tidak mengerti apakah hewan itu dalam sehat atau tidak. Mereka hanya melihat gestur (gerak tubuh) tubuh hewan tersebut tapi ketika di sembelih di dalamnya banyak cacing di bagian hati dan paru.
"Ini sangat membahayakan. Biasanya petugas melihat hati dan paru seperti itu akan dikesampingkan dan tidak boleh dikonsumsi," ujarnya.
Dia pun mengingatkan kepada petugas kesehatan yang diterjunkan ke-10 kecamatan dan 65 kelurahan di Jakarta Timur untuk memastikan kesehatan hewan kurban dengan seksama, sehingga daging yang dihasilkan daging yang aman, sehat dan halal untuk dikonsumsi.
"Kita pastikan hewan kurban yang disembelih dalam keadaan sehat. Kalau tidak sehat, tolong sampaikan bahwa hewan kurban ini tidak layak untuk dikonsumsi. Kalau perlu kembalikan ke pedagang. Jangan sampai petugas merasa tidak enak. Jangan, ada kata enggak enak, lebih baik dicegah dari pada warga mengkonsumsi daging itu yang berdampak penyakit pada tubuhnya," papar Anwar.