Kisah Nabi Ibrahim Diperintahkan Allah Sembelih Anaknya
Peristiwa pengorbanan Ibrahim dan Ismail inilah yang menjadi asal mula ibadah kurban.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Ibrahim AS merupakan leluhurnya para utusan Allah. Sebab, sebanyak 19 keturunannya menjadi nabi. Termasuk di antara mereka adalah Rasulullah SAW.
Sebagaimana nama Nabi Muhammad SAW, Ibrahim AS selalu disebut oleh setiap Muslim dalam shalat sehari semalam. Kurban yang dilakukan umat Islam tiap Idul Adha pun berkaitan dengan sebuah peristiwa yang dialami nabi berjulukan "Kekasih Allah" (Khalilullah) itu.
Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih anak sulungnya, Ismail AS. Kisah tentang ini terdapat dalam Alquran surah as-Saffat ayat ke-99 hingga 113.
Ibrahim saat itu sudah lanjut usia, tetapi belum jua memiliki anak. Karena itu, suami Sarah dan Hajar tersebut berdoa kepada Allah agar Dia mengaruniakan kepadanya buah hati. Doa itu kemudian dikabulkan.
"Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail)" (QS as-Saffat: 101).
Ibrahim AS sangat gembira begitu mengetahui kabar kehamilan istri keduanya, Hajar. Ketika lahir, bayinya itu kemudian dinamakannya Ismail.
Tahun demi tahun berlalu. Ismail pun tumbuh menjadi anak yang kuat, cakap, dan cerdas. Bukan hanya itu, ia dididik untuk menjadi pribadi yang beriman dan taat kepada Allah.
Pada suatu ketika, Ibrahim AS dalam tidurnya bermimpi menyembelih putranya tersebut. Mimpi para nabi adalah wahyu sehingga sang Khalilullah harus melaksanakannya.
"Maka ketika anak itu (Ismail) sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar'" (QS as-Saffat: 102).
Ayat di atas menunjukkan, betapa demokratis dan penuh keikhlasan hubungan antara bapak dan anak itu. Ibrahim tidak seketika menyembelih leher anaknya, tetapi memberitahukan terlebih dahulu wahyu yang Allah sampaikan kepadanya. Di sini, sang Khalilullah memberikan keteladanan tentang komunikasi.
Sementara itu, Ismail AS pun tidak mementingkan egonya. Walau masih muda, ia tidak memberontak dan mendebat apa-apa yang disampaikan ayahnya. Ia bahkan mendukung sang ayah sepenuhnya untuk melakukan segala yang diperintahkan Allah kepadanya.
Keduanya pun sepakat untuk ....
Maka, keduanya bersepakat untuk sama-sama berkurban. Ibrahim AS mengorbankan anak tercintanya. Adapun Ismail mengorbankan nyawanya.
Maka, anak lelaki itu pun berbaring untuk siap disembelih. Ibrahim AS memegang pedang dan mengayunkan benda tajam itu tepat ke arah leher sang putra tercinta; putra yang amat lama diidam-idamkan kehadirannya.
Ayah dan anak ini melakukan semua itu dengan hati yang tulus ikhlas, semata-mata melaksanakan perintah Allah dan mengharapkan ridha-Nya.
"Ya Rabbi, Engkau ajarkan hal kedewasaan yakni penyembelihan dan qurban, pasrah dan keikhlasan. Tatkala dengan hati pedih, pedang hamba ayunkan. Sukma hamba memasuki Ismail yang menelentang," demikian petikan syair Emah Ainun Nadjib (Cak Nun) menggambarkan nuansa peristiwa itu, dikutip dari buku Kisah-Kisah Kearifan Para Nabi (2011:130).
Ketika pedang itu hampir tiba di leher Ismail, Allah berkehendak lain. Bukanlah Ismail yang akhirnya tersembelih. Dalam hitungan yang begitu cepat, putra Ibrahim dan Hajar itu telah diangkat.
Maka pedang Ibrahim akhirnya menebas leher seekor kambing. Hewan itu diletakkan oleh malaikat, sebagai tanda bahwa pengorbanan yang dilakukan sang Khalilullah dan putranya telah diterima Allah Ta'ala.
"Lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.' Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, 'Selamat sejahtera bagi Ibrahim'" (QS as-Saffat: 104-109).
Peristiwa pengorbanan Ibrahim dan Ismail inilah yang menjadi asal mula ibadah kurban tiap hari raya Idul Adha. Bagi kaum Muslimin yang mampu, sangat dianjurkan untuk berkurban.