PM Netanyahu Bubarkan Kabinet Perang Israel, Ada Apa?

PM Netayahu membubarkan kabinet perang setelah mundurnya Gantz.

EPA-EFE/GIL COHEN-MAGEN / POOL
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri rapat Kabinet di Bible Lands Museum di Yerusalem, 05 Juni 2024.
Rep: Teguh Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri israel Benjamin Netanyahu telah membubarkan 'kabinet perang Israel' yang selama ini membayangi konflik di Gaza. Netanyahu menolak sekutu sayap kanannya yang sedang mencari kursi, dan tampaknya berupaya mempengaruhi pengambilan keputusan terkait pertempuran dengan Hamas di Gaza dan Hizbullah di seluruh wilayah perbatasan Lebanon.

Baca Juga


Perdana menteri mengumumkan langkah tersebut kepada para menteri, Ahad (17/6/2024). Ia mengatakan, kabinet perang sejatinya dibentuk sebagai bagian dari kesepakatan dengan kubu moderat Benny Gantz dan partai persatuan nasionalnya bergabung dalam koalisi darurat tahun lalu.

Pembubaran kabinet perang dikonfirmasi oleh pejabat Israel secara anonim. Sumber menggambarkan latar belakang meningkatnya ketidakpuasan atas pelaksanaan perang di Gaza dan seruan dari kelompok antipemerintah untuk melakukan protes setiap hari selama seminggu.

Netanyahu dilaporkan mengatakan kepada para menteri bahwa 'kabinet perang' tidak lagi diperlukan setelah Gantz mengundurkan diri seminggu yang lalu.

Gantz, salah satu anggota kabinet perang, keluar dari koalisi bersama dengan Gadi Eisenkot, salah satu dari tiga pengamat di badan tersebut.

“Netanyahu menghalangi kita untuk meraih kemenangan nyata [di Gaza],” kata Gantz dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada Ahad.

Netanyahu kini diperkirakan akan mengadakan konsultasi mengenai perang Gaza dengan sekelompok kecil menteri, termasuk menteri pertahanan, Yoav Gallant, dan menteri urusan strategis, Ron Dermer, yang pernah berada di kabinet perang.

Pembubaran kabinet perang sepertinya tidak akan mempunyai dampak berarti terhadap konflik – pengambilan keputusan akan kembali ke kabinet keamanan. Namun dampak politiknya mungkin lebih signifikan.

Baca di halaman selanjutnya...

Langkah ini tampaknya merupakan penghinaan yang disengaja terhadap sekutu sayap kanan Netanyahu dalam koalisi, termasuk menteri keamanan nasional, Itamar Ben-Gvir.

Laporan di media berbahasa Ibrani menunjukkan Netanyahu bermaksud untuk membuat keputusan penting dalam pertemuan dengan penasihatnya sendiri, tidak termasuk Ben-Gvir.

Langkah ini dilakukan di tengah perpecahan pendapat antara Netanyahu dan komandan senior Pasukan Pertahanan Israel.

Menurut laporan di media Israel pada Senin, Netanyahu mengatakan pada pertemuan rutin seluruh kabinet pada Minggu bahwa untuk mencapai tujuan menghilangkan kemampuan Hamas, [dia] membuat keputusan yang tidak selalu dapat diterima oleh eselon militer. “Kami memiliki negara dengan tentara dan bukan tentara dengan negara.”

Tindakan Netanyahu menunjukkan peningkatan kepercayaan dirinya setelah sejumlah jajak pendapat merespons positif  sejak kepergian Gantz.

Meskipun Netanyahu mendapat tekanan dari pemerintahan Biden untuk mempertahankan kabinet perang, yang dipandang sebagai forum yang lebih moderat, beberapa analis melihat langkah tersebut menjaga keinginan perdana menteri Israel untuk melanjutkan konflik, bahkan ketika ia mengesampingkan Ben-Gvir. dan menteri keuangan, Bezalel Smotrich.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler