Kasus Vina dan Siksa Allah bagi Orang yang Dzalim kepada Sesama Manusia
Hakikatnya kedzaliman akan menimpa diri sendiri.
REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Kasus pembunuhan Vina di Cirebon dan Eky kembali mencuat. Padahal, kasus ini terjadi pada 2016 lalu.
Aparat penegak hukum telah menghukum sebagian orang-orang yang diduga menjadi pelaku. Ada yang dipenjara beberapa tahun dan ada juga yang seumur hidup.
Namun, belum lama ini penegak hukum juga menangkap orang lainnya yang diduga masih pelaku. Ditangkap baru-baru ini karena sang pelaku buron selama beberapa tahun.
Tetapi sekarang yang menjadi persoalan, muncul dugaan-dugaan dari publik bahwa para terduga pelaku yang sudah dihukum penjara dan baru ditangkap, bukanlah pelaku sebenarnya. Asumsi ini muncul karena sejumlah saksi yang memberikan kesaksian pada 2016 lalu menarik berita acara pemeriksaan (BAP) dari penegak hukum.
Sejumlah saksi merasa bersalah dan berdosa karena memberikan kesaksian yang tak semestinya sehingga membuat orang-orang yang diduga tidak terlibat harus dihukum penjara. Berdasarkan pengakuan sejumlah saksi itu, mereka berbuat hal demikian karena dulu mendapat tekanan dan intimidasi.
Selain itu, untuk terduga pelaku yang baru ditangkap belakangan ini juga diduga sebagai korban salah tangkap oleh penegak hukum. ini diindikasikan dengan banyaknya kejanggalan dalam penangkapan tersebut.
Terlepas dari hal itu, perbuatan mendzalimi orang lain adalah perbuatan dosa. Menzalimi atau berbuat aniaya kepada sesama manusia juga merupakan perbuatan yang dibenci Allah SWT.
Perbuatan seperti menyinggung kehormatan orang lain, menyakiti tubuh atau hati orang lain hingga mengambil harta orang tanpa alasan yang benar adalah perilaku yang dimurkai Allah.
Allah menyebut akan mengambil amalan orang yang berbuat zalim dan diberikan kepada orang yang dizalimi. Bahkan akan menimpakan dosa orang yang dizalimi kepada orang yang menzalimi. Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، عن النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: مَنْ كَانتْ عِنْدَه مَظْلمَةٌ لأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ فَلْيتَحَلَّلْه ِمِنْه الْيَوْمَ قَبْلَ أَلَّا يكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمتِهِ، وإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سيِّئَاتِ صاحِبِهِ، فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang berbuat zalim kepada saudaranya, baik terhadap kehormatannya maupun sesuatu yang lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalannya darinya hari ini juga sebelum dinar dan dirham tidak lagi ada. Jika ia punya amal salih, maka amalannya itu akan diambil sesuai dengan kadar kezaliman yang dilakukannya. Dan jika ia tidak punya kebaikan, maka keburukan orang yang ia zalimi itu dibebankan kepadanya." (HR Bukhari)
Dzalim adalah perbuatan dosa. Ada beberapa makna dzalim, salah satunya adalah melanggar hukum Allah dan hanya mementingkan kemewahan kenikmatan diri, sebagaimana yang dinyatakan oleh firman Allah swt
“Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Baqarah [2]: 229).
“Dan orang-orang yang dzalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS: Huud [11]: 116).
Seseorang bertindak hanya memperturutkan hawa nafsu. Pantas Rasul SAW mengatakan bahwa memegang Islam di akhir zaman adalah laksana memegang bara api.
Padahal hakikatnya kedzaliman akan menimpa diri sendiri. “Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri.” (QS. Az Zumar [39]: 51).
Namun yang lebih berbahaya adalah ketika kedzaliman dilakukan oleh penguasa. Karena dengan kekuasaan berbungkus sebuah kebijakan, maka kezaliman berdampak lebih masif.
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu, dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS.Al-Anfal: 25)
Maka kedzaliman sesungguhnya amatlah menyengsarakan seluruh masyarakat. Sudah seharusnya kita kembali kepada hukum Allah. Bagi para penguasa mudahkanlah urusan rakyat, janganlah persulit beban rakyat, kelak Allah akan mudahkan urusan kalian.
Dari Aisyah berkata: Saya mendengar Rasulullah berdoa di rumahku ini: “Ya Allah, siapa yang mengurusi urusan umatku lalu dia mempersulit mereka maka persulitlah dirinya dan barangsiapa yang mengurusi urusan umatku lalu dia mempermudah mereka maka mudahkanlah dirinya” (HR. Muslim: 3407).