Enam Bulan Sejak Perang, 550 Ribu Warga Israel 'Kabur' ke Luar Negeri
Jutaan orang Israel juga tercatat memiliki kewarganegaraan ganda.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Kependudukan dan Imigrasi Israel mencatat sekitar 550.000 warga Israel meninggalkan negaranya dan tidak kembali selama enam bulan pertama sejak perang Israel dan Hamas berlangsung mulai Oktober lalu.
Times of Israel pada Senin menyampaikan bahwa jumlah warga yang meninggalkan negaranya itu lebih banyak dibandingkan yang kembali pada Paskah tahun ini pada bulan April.
Situs berita tersebut mengatakan, pergi ke luar negeri mungkin merupakan pelarian sementara bagi warga Israel selama perang atau kesulitan teknis untuk kembali. Namun tren itu kini telah berubah menjadi permanen atau migrasi permanen.
Menurut data Biro Pusat Statistik Israel pada April, populasi Israel mencapai 9,9 juta jiwa, termasuk lebih dari 2 juta warga Palestina, 400.000 warga Palestina di Yerusalem Timur, dan 20.000 warga Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki penjajah Zionis itu.
Jutaan orang Israel juga tercatat memiliki kewarganegaraan ganda karena setidaknya memiliki satu kewarganegaraan lain selain kewarganegaraan Israel.
Israel yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan 7 Oktober tahun lalu oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Lebih dari 37.500 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak, dan hampir 86.000 lainnya terluka. Demikain menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan. Mereka tidak bisa 'lari' sepertinya halnya warga Israel. Penduduk Gaza terisolir dengan beragam keterbatasan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserbu pada 6 Mei.
Sementara itu, gambar seorang pria Palestina yang terluka diikat di kap jip kendaraan militer Israel telah memicu kemarahan. Banyak pihak menuduh militer menggunakan warga Palestina sebagai “perisai manusia”.
Rekaman media sosial tentang pria tersebut, yang diidentifikasi oleh petugas medis sebagai Mujahid Raed Abbadi, 24 tahun, menjadi viral pada Sabtu (23/6/2024).
Abbadi terlihat diikat secara horizontal di kap mobil jip militer saat melewati gang sempit di kota Jenin, Tepi Barat.
Pada Ahad militer Israel mengataku sedang menyelidiki insiden tersebut. Kejadian itu ditengarai terjadi selama “operasi kontraterorisme” untuk menangkap tersangka yang dicari di daerah Wadi Burqin, dekat Jenin.
“Dalam insiden yang melanggar perintah dan prosedur operasi standar, tersangka dibawa oleh pasukan sambil diikat di atas kendaraan,” kata otoritas militer dikutip MEE
Korban kemudian dipindahkan ke Bulan Sabit Merah Palestina untuk mendapatkan perawatan. “Tingkah laku pasukan dalam video insiden tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai IDF (militer) – insiden tersebut akan diselidiki dan ditangani sebagaimana mestinya.”
Francesca Albanese, pelapor khusus PBB mengenai situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina, mengatakan Israel telah menggunakan Abbadi sebagai tameng manusia. "#HumanShielding beraksi", tulis Albanese di X (sebelumnya Twitter).