Pernah Sebut Netanyahu Iblis, Anggota Parlemen India Ini Berani Pekikkan Hidup Palestina

Menurut Owaisi, Netanyahu yang kejam itu adalah iblis.

Facebook/Asaduddin Owaisi
Asaduddin Owaisi
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Seorang anggota parlemen India, yang juga merupakan pemimpin Muslim terkemuka, dianggap memicu kontroversi setelah ia mengakhiri sumpahnya dalam upacara pelantikan Lok Sabha ke-18, atau majelis rendah Parlemen India, dengan mengatakan, "Jai Palestina!" atau "Hidup Palestina!", lapor Anadolu Agency.

Baca Juga


Asaduddin Owaisi, yang merupakan presiden All India Majlis-e-Ittehadul Muslimeen, juga memuji ikon Dalit, Bhimrao Ambedkar, dan negara bagian Telangana di mana ia terpilih berturut-turut untuk masa jabatan kelima.

Slogan "Hidup Palestina!" yang dia nyatakan pada Selasa lalu, memicu kontroversi. Anggota parlemen yang berkuasa menuntut Owaisi untuk meminta maaf. 

"Biarkan mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Saya juga tahu sedikit tentang Konstitusi. Ancaman kosong ini tidak akan berpengaruh pada saya," kata Owaisi kepada para wartawan di New Delhi.

Sebut Netanyahu Iblis..

 

 

 

Owaisi yang merupakan anggota parlemen asal Hyderabad memiliki rekam jejak panjang dalam pembelaannya untuk Palestina.

The Hindu menulis, pada 2023 lalu, dia pernah menggambarkan situasi Palestina bukan hanya masalah yang menyangkut umat Islam tetapi juga kemanusiaan. Dia tercatat mengkritik sikap Ketua Menteri Uttar Pradesh, Yogi Adityanath, atas pernyataan miring terhadap sikap pro-Palestina.

Berbicara pada pertemuan publik Jalsa Rahmatulil Alameen di Amberpet, Owaisi mengatakan, "Seorang Ketua Menteri dari negara itu mengatakan, 'Jika seseorang menyebut Palestina, catat dia!'. Dengar, Ketua Menteri, saya mengenakan bendera Palestina dengan tiga warna. Saya berdiri untuk Palestina dan akan terus melakukannya, insya Allah. Palestina bukanlah masalah Muslim atau Arab saja. Ini adalah masalah kemanusiaan. Kami ingin mengatakan kepada Ketua Menteri 'Baba' ini bahwa jika Anda ingin mengajukan kasus, maka Anda harus mengajukan kasus terhadap MEA (Kementerian Luar Negeri). Jika Perdana Menteri [Narendra] Modi  datang ke Uttar Pradesh, maka sebuah kasus juga harus diajukan terhadapnya."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadiri rapat Kabinet di Bible Lands Museum di Yerusalem, 05 Juni 2024. - (EPA-EFE/GIL COHEN-MAGEN / POOL)

Dia bahkan menggambarkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu sebagai "Iblis", dan mendesak Perdana Menteri Narendra Modi untuk secara diplomatis mencoba untuk mengakhiri pengeboman Gaza oleh Israel. "Anda mengatakan bahwa India berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Palestina. Tunjukkanlah solidaritas itu. Hentikan mereka. Dari 21 juta orang, 10 juta orang telah mengungsi. Netanyahu yang kejam itu adalah iblis. Dia adalah penjahat perang," katanya.

Owaisi mengatakan bahwa Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa Palestina adalah milik bangsa Arab. Lebih lanjut ia menuduh bahwa pemerintah saat ini "diam" dalam masalah ini dan bahwa bagi India untuk memiliki kursi di Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan hak suara, sangat penting bagi negara ini untuk berbicara tentang "kejahatan perang" tersebut.

Berbeda dengan kebijakan politik luar negeri India...


Tindak tanduk Owaisi dalam membela kemerdekaan Palestina berbeda dengan kebijakan negeri mayoritas pemeluk Hindu tersebut. Pemerintahan Narendra Modi tampak aktif dalam mendukung genosida Israel di Palestina. 

Kolaborasi India dengan Israel lebih dari sekadar penggunaan roket. Pada Desember 2018, Adani Defense & Aerospace – cabang pertahanan dari perusahaan induk multinasional India Adani Enterprises Ltd – dan Elbit Systems Israel meresmikan Kompleks Kendaraan Udara Tak Berawak (UAV) Adani Elbit di Hyderabad.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memeluk Perdana Menteri India Narendra Modi dalam kunjungan ke New Delhi pada 2017. - (twitter/x)

Fasilitas tersebut disajikan dalam pernyataan bersama sebagai “yang pertama di luar Israel yang memproduksi UAV Hermes 900 Medium Altitude Long Endurance”, yang dapat terbang hingga 36 jam pada ketinggian 9.000 meter.

“Pabrik akan memulai operasinya dengan pembuatan struktur aero komposit karbon lengkap untuk Hermes 900, diikuti oleh Hermes 450,” tambah pernyataan itu. Kedua drone tersebut dapat dilengkapi dengan peluru kendali antitank, menurut inventaris drone dari lembaga pemikir pertahanan terkemuka Inggris, Royal United Services Institute (RUSI).

“Produksi drone Hermes sama pentingnya bagi India dan Israel,” kata Hussain dari SIPRI. “Bagi Israel, itu berarti mereka mempunyai pabrik di luar negeri. Bagi India, ini soal transfer teknologi, sehingga bisa juga memproduksi drone berdasarkan model Israel.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler